Temu Putih (Curcuma zedoaria)">Temu Putih (Curcuma zedoaria)
Admin CCRC Farmasi UGM February 27th, 2009
__
Temu Putih (Curcuma zedoaria Rosc)
a. Klasifikasi Tanaman
Tanaman temu putih di berbagai negara dikenal dengan nama White Tumeric (Inggris), Kencur atau Ambhalad (India), dan cedoaria (Spanyol).
Klasifikasi tanaman in sebagai berrikut :
Divisio : Spermathopyta
Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Bangsa : Zingiberales
Suku : Zingiberaceae
Marga : Curcuma
Jenis : Curcuma zedoaria (Berg) Rosc
(Backer and Van den Brink, 1968)
Sinonim : Curcuma paliida Lour (Heyne, 1987)
b. Morfologi tanaman
Curcuma zedoaria (Rosc), di Indonesia disebut temu putih, temu kuning. Menurut Hong, Kim, Lee, tumbuhan ini berasal dari Himalaya, India, dan terutama tersebar di negara-negara Asia meliputi China, vietnam, dan Jepang. Curcuma zedoaria (Rosc) tumbuh liar di Sumatra (Gunung Dempo), di hutan jati Jawa Timur, banyak dijumpai di Jawa Barat dan Jawa Tengah, di ketinggian sampai 1000 dpl (Windono dkk, 2002).
Tumbuhan ini berupa terna tahunan, tinggi mencapai 2 m, tumbuh tidak berkelompok. Daun berbentuk lanset memanjang berwarna merah lembayung di sepanjang tulang tengahnya. Bunga keluar dari rimpang samping, menjulang ke atas membentuk bongkol bunga yang besar. Mahkota bunga berwarna putih, dengan tepi bergaris merah tipis atau kuning. Rimpang berwarna putih atau kuning muda, rasa sangat pahit (Windono dkk, 2002).
c. Kandungan Kimia
Kandungan kimia rimpang Curcuma zedoaria Rosc terdiri dari : kurkuminoid (diarilheptanoid), minyak atsiri, polisakarida serta golongan lain. Diarilheptanoid yang telah diketahui meliputi : kurkumin, demetoksikurkumin, bisdemetoksikurkumin, dan 1,7 bis (4-hidroksifenil)-1,4,6-heptatrien-3-on (Windono dkk, 2002)
Minyak atsiri berupa cairan kental kuning emas mengandung : monoterpen dan sesquiterpen. Monoterpen Curcuma zedoaria terdiri dari : monoterpen hidrokarbon (alfa pinen, D-kamfen), monoterpen alkohol (D-borneol), monoterpen keton (D-kamfer), monoterpen oksida (sineol). Seskuiterpen dalam Curcuma zedoaria terdiri dari berbagai golongan dan berdasarkan penggolongan yang dilakukan terdiri dari : golongan bisabolen, elema, germakran, eudesman, guaian dan golongan spironolakton. Kandungan lain meliputi : etil-p-metoksisinamat, 3,7-dimetillindan-5-asam karboksilat (Windono dkk, 2002).
d. Aktivitas farmakologi
1.) Aktivitas hepatoprotektor
Aktivitas hepatoprotektor dari suatu senyawa secara eksperimental pada hewan percobaan, dapat dilakukan dengan cara membandingkan aktivitas metabolisme hepar yang dirusak oleh senyawa-senyawa hepatotoksik, misalnya CCl4, faloidin, alfa amanitin dan D-galaktosamin dengan hepar yang telah dilindungi oleh zat hepatoprotektor. Fungsi hepar dapat diketahui melalui aktivitas SGOT, SGPT, perpanjangan waktu tidur heksobarbital, ekskresi urin p-oksifenil asam piruvat dan sebagainya. Ekstrak metanol rimpang temu putih Curcuma zedoaria Rosc. menunjukkan perpanjangan waktu tidur heksobarbital pada mencit, dan zat aktif yang menunjukkan efek tersebut adalah sesquiterpen : germakron, kurzerenon dan germakron epoksida (Windono dkk, 2002).
2.) Aktivitas antimikroba
Ekstrak etanol Curcuma zedoaria (5g/cakram kertas) mampu menghambat pertumbuhan Micrococus luteus, Enterococci faecalis ATCC 29213, tetapi tidak menghambat pertumbuhan Eschericia coli ATCC 2922 dan ATCC 35213. minyak atsiri rimoang Curcuma zedoaria Rosc. menunjukkan aktivitas antimikroba terhadap Staphilococcus aureus, Vibrio comma dan Escherichia coli. Ekstrak etanol rimpang kering Curcuma zedoaria menunjukkan efek antifungi, dengan senyawa aktifetil-p-metoksisinamat (EPMS) (Windono dkk, 2002).
3.) Aktivitas antiradang
Kurkumin yang terkandung dalam rimpang temu putih terbukti memiliki efek antiradang. Aktifitas antiradang kurkumin pertama kali dilaporkan oleh Grieve pada tahun 1971. pada percobaan tersebut dilaporkan bahwa kurkumin sangat aktif dalam menghambat peradangan baik secara akut maupun kronis pada model hewan percobaan. Pada percobaan akut, kurkumin memiliki potensi yang hampir sama dengan fenilbutason dan kortison. Sedangkan pada percobaan kronis kurkumin hanya menunjukkan setengah potensi fenilbutason (Grieve, 1971).
4.) Aktivitas antikanker
Ekstrak etanol rimpang Curcuma zedoaria menunjukkan aktivitas menghambat sel-sel OVCAR-3 ( Cell-line kanker ovarium manusia). Isolasi yang dipantau dengan bioaktivitas hambatan terhadap sel OVSCAR-3 menghasilkan senyawa aktif demetoksi kurkumin (Windono dkk, 2002).
Ekstrak etanol 70% turmeric memperlihatkan penghambatan pada sel normal dan bersifat sitotoksis pada sel lymphoma pada konsentrasi 0,4 mg/ml. Ekstrak etanol turmeric juga menunjukkan penghambatan fase mitosis pada sel mamalia secara in vitro dengan menghambat pembentukan kromosom (Mills and Bone, 2000).
5.) Aktivitas insektisida
Ekstrak diklormetan rimpang Curcuma zedoaria menunjukkan aktivitas insektisida terhadap larva nyamuk Aedes aegypti, larva Plutella xylostella dan Callosobruchus maculatus dewasa. Fraksinasi dipandu aktivitas, menunjukkan bahwa zat aktif insektisida terhadap larva A. aegypti adalah furanodien (LC50 = 0,56 g/ml) (Windono dkk, 2002).
6.) Aktivitas antioksidan
Kurkumin yang terkandung dalam rimpang temu putih diindikasikan juga sebagai antioksidan. Kereaktifan antioksidan kurkumin pertama kali dilaporkan oleh Sharma pada tahun 1972 melalui uji in vitro maupun in vivo, membuktikan kemampuan kurkumin dalam menghambat lipid peroksidase (LPO) tanpa dan dengan karagenin. Selanjutnya kurkumin menunjukkan pula aktivitas yang baik sebagai penangkap superoksid, lebih dibanding aktivitas analognya demetoksikurkumin. Hal ini menunjukkan pula bahwa gugus fenolik memberi sumbangan yang nyata sebagai penangkap superoksid, dan keberadaan gugus metoksi pada posisi ortho terhadap gugus fenolik akan menaikkan aktivitas penangkap radikal superoksid (Kunchandy and Rao, 1990
Tidak ada komentar:
Posting Komentar