Minggu, 11 Oktober 2009

Dewandaru (Eugenia uniflora)



More Goodies @ NackVision


Dewandaru (Eugenia uniflora)">Dewandaru (Eugenia uniflora)

Admin CCRC Farmasi UGM February 24th, 2009

Eugenia uniflora Lam

a. Morfologi tanaman
Tanaman Eugenia uniflora berbentuk perdu yang tumbuh secara tahunan dengan tinggi lebih dari 5 meter. Batangnya tegak berkayu, berbentuk bulat danberwarna coklat. Daun yang dimiliki berwarna hijau serta merupakan daun tunggal tersebar berbentuk lonjong dengan ujung runcing dan pangkal meruncing. Tepi daun rata, pertulangan menyirip dengan panjang lebih dari 5 cm dan lebar kurang lebih 4 cm. Tanaman ini memiliki bunga berbetuk tunggal berkelamin dua dengan daun pelindung yang kecil berwarna hijau. Kelopak bunga bertaju tiga sampai lima, benangsari yang dimiliki banyak dengan warna putih. Putik berbentuk slindris, makota bunga berbentuk kuku dan berwarna kuning. Buah Eugenia uniflora berupa buah buni bulat denagn diameter kurang lebih 1,5 cm dan berwarna merah. Bijinya keras, berwarna coklat, dan kecil. Akar yang dimiliki berwarna coklat dan merupakan akar tunggang (Hutapea, 1994).

b. Habitat dan Penyebaran
Tanaman Eugenia uniflora tersebar luas di negara-negara Amerika Selatan terutama di Brasil, Argentina, Uruguay, dan Paraguay (Consolini&Sarubbio,2002). Tanaman ini menyebar di Indonesia hingga di daerah Sumatera dan Jawa (Hutapea, 1994)

c. Sistematika Tanaman
Klasifikasi Eugenia uniflora Lam. dalam sistematika tumbuhan adalah sebagai berikut :
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Myrtales
Suku : Myrtaceae
Marga : Eugenia
Jenis : Eugenia uniflora L.
(Hutapea, 1994)

d. Nama Daerah
Tanaman : Eugenia uniflora L.
Sinonim : Eugenia micnelii Lamk.
Nama Daerah : Cereme asam (Melayu), Asem selong, belimbing londo, dewandaru (Jawa) (Hutapea, 1994).

e. Kandungan Kimia
Daun tanaman Eugenia uniflora menagndung flavonoid, saponin, dan tanin (Hutapea, 1994). Flavonoid dari ekstrak daun berupa myricetrin, myrcitrin, gallocatechin, quercetin, dan quercitrin (Schmeda-Hirschmann et al, 1987). Senyawa tannin yang diisolasi dari fraksi aktif Eugenia uniflora antara lain gallocatechin, oenothein B, eugeniflorins D(1) and D(2) (Lee et al, 2000)

f. Manfaat Tanaman
Buah dan daun Eugenia uniflora digunakan sebagai peningkat kualitas astringent dan mengurangi tekanan darah tinggi (Bandoni et al, 1972). Hasil decocta daun Eugenia uniflora di Paraguai digunakan untuk menurunkan kolesterol dan tekanan darah (Ferro et al, 1994). Selain itu juga dapat menurunkan metabolisme lipid dan dapat digunakan sebagai efek proteksi pada trigliserida dan level lipoprotein yang sangat rendah (Ferro et al, 1988).
Daun Eugenia uniflora sebagai obat tradisional berkhasiat sebagai obat mencret (Hutapea, 1994). Aksi anti infamasi yang tinggi juga ditemukan pada daun Eugenia uniflora (Scapoval et al, 1994). Pada Brazilian folk medicine buah Eugenia uniflora digunakan sebagai antidiare, diuretik, antirematik, anti-febrile, dan antidiabetik. Selain itu, ekstrak daun Eugenia uniflora juga sebagai agen hipotensif (Consolini et al, 2000) dan menghambat peningkatan level trigliserida dan glukosa plasma (Matsumura et al, 2000).

g. Penelitian tentang Eugenia uniflora Lam.
Eugenia uniflora Lam. merupakan salah satu tanaman yang memiliki prospek yang bagus untuk dikembangkan sebagai obat antikanker. Beberapa penelitian mengenai khasiat daun Eugenia uniflora sebagai obat antikanker telah dilakukan.
Uji sitotoksik Eugenia uniflora L terhadap sel Hela menunjukkan bahwa ekstrak etil asetat mempunyai efek sitotoksik yang lebih tinggi dibandingkan ekstrak etanol dan kloroform. Uji sitotoksik dilakukan dengan menggunakan metode MTT dengan seri konsentrasi 5, 10, 25, 50, 125, 250µg/ml. Nilai IC50 ekstrak etil asetat 241,546µg/ml dan IC50 ekstrak kloroform 244,906µg/ml. Sedangkan pada ekstrak etanol tidak dapat ditentukan nilai IC50 nya karena tidak menunjukkan potensi penghambatannya terhadap pertumbuhan sel HeLa (Handayani, 2006).
Lee M.H. et al (2000) melakukan penelitian pengaruh Eugenia uniflora L terhadap Epstein-Barr Virus (EBV) yang sering berhubungan dengan Nasopharyngeal carcinoma (NPC). Empat senyawa tanin pada Eugenia uniflora L dan IC50 yang dimiliki yaitu gallocatechin (26,5 microM), oenothein B (62,3 microM), eugeniflorins D(1) (3,0 microM), dan eugeniflorins D(2) (3,5 microM). hasil penelitian menunjukkan bahwa eugeniflorins D(1) dan D(2) merupakan senyawa yang paling berpotensi dalam menghambat DNA polymerase pada EBV.

Daftar pustaka

Consolini,A.E.,&Sarubbio,M.G.(2002).Pharmacological effects of Eugenia uniflora (Myrtaceae)aqueous crude extract on rats heart. Journal of Ethno pharmacology,81,57-63.

Ferro, E., A. Schinini, M. Maldonado, J. Rosner & G.S. Hirschman. 1988. Eugenia uniflora leaf extract and lipid me- tabolism in Cebus apella monkeys. Journal of Ethnopharmacology 24:321-325.

Hutapea, J.R., 1994, Inventaris Tanaman Obat Indonesia, Jilid III, Departemen Kesehatan RI dan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 29-30

Lee,M.,Chiou,J.,Yen,K.,&Yang,L.(2000).EBV DNA polymerase Inhibition of tannins from Eugenia uniflora.Cancer Letters,154,131-136

Matsumura,T., Kasai,M., Hayashi,T., Arisawa,M., Momose,Y., Arai,I.,etal.(2000). a Glucosidase inhibitors fromParaguay an Natural medicine, Nangapiry, the leaves of Eugenia uniflora. Pharmaceutical Biology,38,302-307.

Schmeda-Hirschmann, G., C. Theoduloz, L. Franco, E. Ferro & A. Rojas De Arias. 1987. Preliminary pharmacological studies on Eugenia uniflora leaves: xanthine oxi-dase inhibitory activity. Journal of Ethnopharmacology 21:183-186.

Kontributor : Nur Ismiyati , Endang Sulistyorini S.P dan Rina Maryani

Temu Putih (Curcuma zedoaria)

Temu Putih (Curcuma zedoaria)">Temu Putih (Curcuma zedoaria)

Admin CCRC Farmasi UGM February 27th, 2009

temu_putih2__ temu-putih

Temu Putih (Curcuma zedoaria Rosc)

a. Klasifikasi Tanaman
Tanaman temu putih di berbagai negara dikenal dengan nama White Tumeric (Inggris), Kencur atau Ambhalad (India), dan cedoaria (Spanyol).
Klasifikasi tanaman in sebagai berrikut :
Divisio : Spermathopyta
Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Bangsa : Zingiberales
Suku : Zingiberaceae
Marga : Curcuma
Jenis : Curcuma zedoaria (Berg) Rosc
(Backer and Van den Brink, 1968)
Sinonim : Curcuma paliida Lour (Heyne, 1987)

b. Morfologi tanaman
Curcuma zedoaria (Rosc), di Indonesia disebut temu putih, temu kuning. Menurut Hong, Kim, Lee, tumbuhan ini berasal dari Himalaya, India, dan terutama tersebar di negara-negara Asia meliputi China, vietnam, dan Jepang. Curcuma zedoaria (Rosc) tumbuh liar di Sumatra (Gunung Dempo), di hutan jati Jawa Timur, banyak dijumpai di Jawa Barat dan Jawa Tengah, di ketinggian sampai 1000 dpl (Windono dkk, 2002).
Tumbuhan ini berupa terna tahunan, tinggi mencapai 2 m, tumbuh tidak berkelompok. Daun berbentuk lanset memanjang berwarna merah lembayung di sepanjang tulang tengahnya. Bunga keluar dari rimpang samping, menjulang ke atas membentuk bongkol bunga yang besar. Mahkota bunga berwarna putih, dengan tepi bergaris merah tipis atau kuning. Rimpang berwarna putih atau kuning muda, rasa sangat pahit (Windono dkk, 2002).

c. Kandungan Kimia
Kandungan kimia rimpang Curcuma zedoaria Rosc terdiri dari : kurkuminoid (diarilheptanoid), minyak atsiri, polisakarida serta golongan lain. Diarilheptanoid yang telah diketahui meliputi : kurkumin, demetoksikurkumin, bisdemetoksikurkumin, dan 1,7 bis (4-hidroksifenil)-1,4,6-heptatrien-3-on (Windono dkk, 2002)
Minyak atsiri berupa cairan kental kuning emas mengandung : monoterpen dan sesquiterpen. Monoterpen Curcuma zedoaria terdiri dari : monoterpen hidrokarbon (alfa pinen, D-kamfen), monoterpen alkohol (D-borneol), monoterpen keton (D-kamfer), monoterpen oksida (sineol). Seskuiterpen dalam Curcuma zedoaria terdiri dari berbagai golongan dan berdasarkan penggolongan yang dilakukan terdiri dari : golongan bisabolen, elema, germakran, eudesman, guaian dan golongan spironolakton. Kandungan lain meliputi : etil-p-metoksisinamat, 3,7-dimetillindan-5-asam karboksilat (Windono dkk, 2002).

d. Aktivitas farmakologi
1.) Aktivitas hepatoprotektor
Aktivitas hepatoprotektor dari suatu senyawa secara eksperimental pada hewan percobaan, dapat dilakukan dengan cara membandingkan aktivitas metabolisme hepar yang dirusak oleh senyawa-senyawa hepatotoksik, misalnya CCl4, faloidin, alfa amanitin dan D-galaktosamin dengan hepar yang telah dilindungi oleh zat hepatoprotektor. Fungsi hepar dapat diketahui melalui aktivitas SGOT, SGPT, perpanjangan waktu tidur heksobarbital, ekskresi urin p-oksifenil asam piruvat dan sebagainya. Ekstrak metanol rimpang temu putih Curcuma zedoaria Rosc. menunjukkan perpanjangan waktu tidur heksobarbital pada mencit, dan zat aktif yang menunjukkan efek tersebut adalah sesquiterpen : germakron, kurzerenon dan germakron epoksida (Windono dkk, 2002).
2.) Aktivitas antimikroba
Ekstrak etanol Curcuma zedoaria (5g/cakram kertas) mampu menghambat pertumbuhan Micrococus luteus, Enterococci faecalis ATCC 29213, tetapi tidak menghambat pertumbuhan Eschericia coli ATCC 2922 dan ATCC 35213. minyak atsiri rimoang Curcuma zedoaria Rosc. menunjukkan aktivitas antimikroba terhadap Staphilococcus aureus, Vibrio comma dan Escherichia coli. Ekstrak etanol rimpang kering Curcuma zedoaria menunjukkan efek antifungi, dengan senyawa aktifetil-p-metoksisinamat (EPMS) (Windono dkk, 2002).
3.) Aktivitas antiradang
Kurkumin yang terkandung dalam rimpang temu putih terbukti memiliki efek antiradang. Aktifitas antiradang kurkumin pertama kali dilaporkan oleh Grieve pada tahun 1971. pada percobaan tersebut dilaporkan bahwa kurkumin sangat aktif dalam menghambat peradangan baik secara akut maupun kronis pada model hewan percobaan. Pada percobaan akut, kurkumin memiliki potensi yang hampir sama dengan fenilbutason dan kortison. Sedangkan pada percobaan kronis kurkumin hanya menunjukkan setengah potensi fenilbutason (Grieve, 1971).
4.) Aktivitas antikanker
Ekstrak etanol rimpang Curcuma zedoaria menunjukkan aktivitas menghambat sel-sel OVCAR-3 ( Cell-line kanker ovarium manusia). Isolasi yang dipantau dengan bioaktivitas hambatan terhadap sel OVSCAR-3 menghasilkan senyawa aktif demetoksi kurkumin (Windono dkk, 2002).
Ekstrak etanol 70% turmeric memperlihatkan penghambatan pada sel normal dan bersifat sitotoksis pada sel lymphoma pada konsentrasi 0,4 mg/ml. Ekstrak etanol turmeric juga menunjukkan penghambatan fase mitosis pada sel mamalia secara in vitro dengan menghambat pembentukan kromosom (Mills and Bone, 2000).
5.) Aktivitas insektisida
Ekstrak diklormetan rimpang Curcuma zedoaria menunjukkan aktivitas insektisida terhadap larva nyamuk Aedes aegypti, larva Plutella xylostella dan Callosobruchus maculatus dewasa. Fraksinasi dipandu aktivitas, menunjukkan bahwa zat aktif insektisida terhadap larva A. aegypti adalah furanodien (LC50 = 0,56 g/ml) (Windono dkk, 2002).
6.) Aktivitas antioksidan
Kurkumin yang terkandung dalam rimpang temu putih diindikasikan juga sebagai antioksidan. Kereaktifan antioksidan kurkumin pertama kali dilaporkan oleh Sharma pada tahun 1972 melalui uji in vitro maupun in vivo, membuktikan kemampuan kurkumin dalam menghambat lipid peroksidase (LPO) tanpa dan dengan karagenin. Selanjutnya kurkumin menunjukkan pula aktivitas yang baik sebagai penangkap superoksid, lebih dibanding aktivitas analognya demetoksikurkumin. Hal ini menunjukkan pula bahwa gugus fenolik memberi sumbangan yang nyata sebagai penangkap superoksid, dan keberadaan gugus metoksi pada posisi ortho terhadap gugus fenolik akan menaikkan aktivitas penangkap radikal superoksid (Kunchandy and Rao, 1990

Sukun (Artocarpus communis)

Sukun (Artocarpus communis)">Sukun (Artocarpus communis)

Admin CCRC Farmasi UGM February 27th, 2009

_________sukun1 pohon-sukun

Sukun (Artocarpus communis)

a.Morfologi tanaman
Artocarpus communis (sukun) adalah tumbuhan dari genus Artocarpus dalam famili Moraceae yang banyak terdapat di kawasan tropika seperti Malaysia dan Indonesia. Ketinggian tanaman ini bias mencapai 20 meter (Mustafa, A.M., 1998). Di pulau Jawa tanaman ini dijadikan tanaman budidaya oleh masyarakat. Buahnya terbentuk dari keseluruhan kelopak bunganya, berbentuk bulat atau sedikit bujur dan digunakan sebagai bahan makanan alternatif (Heyne K, 1987). Sukun bukan buah bermusim meskipun bias anya berbunga dan berbuah dua kali setahun. Kulit buahnya berwarna hijau kekuningan dan terdapat segmen-segmen petak berbentuk poligonal. Segmen poligonal ini dapat menentukan tahap kematangan buah sukun (Mustafa, A.M.,1998)

b.Klasifikasi tanaman

sukun2
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Ordo : Urticales
Familia : Moraceae
Genus : Artocarpus
Spesies : Artocarpus communis (Syamsuhidayat, S.S and Hutapea, J.R, 1991)

c.Kandungan kimia dan manfaat tanaman
Buah sukun mengandung niasin, vitamin C, riboflavin, karbohidrat, kalium, thiamin, natrium, kalsium, dan besi (Mustafa, A.M.,1998). Pada kulit kayunya ditemukan senyawa turunan flavanoid yang terprenilasi, yaitu artonol B dan sikloartobilosanton. Kedua senyawa terebut telah diisolasi dan diuji bioaktivitas antimitotiknya pada cdc2 kinase dan cdc25 kinase (Makmur, L., et al., 1999). Kayu yang dihasilkan dari tanaman sukun bersih dan berwarna kuning, baik untuk digergaji menjadi papan kotak, dapat digunakan sebagai bahan bangunan meskipun tidak begitu baik. Kulit kayunya digunakan sebagai salah satu bagian minuman di Ambon kepada wanita setelah melahirkan (Heyne K, 1987).
Flavanoid adalah senyawa polifenol yang secara umum mempunyai struktur phenylbenzopyrone (C6-C3-C6). Flavanoid dan derivatnya terbukti memiliki aktivitas biologi yang cukup tinggi sebagai cancer prevention. Berbagai data dari studi laboratorium, investigasi epidemiologi, dan uji klinik pada manusia telah menunjukkan bahwa Flavanoid memberikan efek signifikan sebagai cancer chemoprevention dan pada chemotheraphy (Ren, W., et al., 2003)

Daftar pustaka

Heyne, K., 1987, Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid II, Badan Litbang Kehutanan, Jakarta

Makmur, L., et al., 1999, Artonol B dan Sikloartobilosanton dari Tumbuhan Artocarpus teysmanii MIQ, Lembaga Penelitian ITB, Bandung

Mustafa, A.M., 1998, Isi Kandungan Artocarpus communis, Food Science, 9:23

Ren, W., et al., 2003.Flavanoids: Promising Anticancer Agents, Medical research Reviews, Vol 23, No 4, Willey Periodical, Inc, 519-534.

Syamsuhidayat, S.S and Hutapea, J.R, 1991, Inventaris Tanaman Obat Indonesia, edisi kedua, Departemen Kesehatan RI, Jakarta

kontributor :

Bantari Wisynu K.W, arko Jatmiko W, Arum Pratiwi, Ratna, Natasya dan Endang Sulistyorini S.P

Selasih (Ocimum basilicum)

Selasih (Ocimum basilicum)">Selasih (Ocimum basilicum)

Admin CCRC Farmasi UGM February 27th, 2009

_________selasih_1 selasih

Selasih (Ocimum basilicum forma violaceum)


a. Morfologi Tanaman.
Merupakan herba tegak, sangat harum, tinggi 0,6-1,6 m. Batang cokelat, segi empat. Daun tunggal berhadapan, bertangkai, panjang 0,5-2 cm, bulat telur, ujung dan pangkal agak meruncing, permukaan daun agak halus dan bintil-bintik kelenjar, tulang daun menyirip, tepi bergerigi, panjangnya 3,5-7,5 cm, lebar 1,5-2,5 cm, warna hijau tua. Bunga berwarna putih atau lembayung, kelopak sisi luar berambut, bulat telur terbalik dengan tepi mengecil sepanjang tabung. Biji keras, cokelat tua, bila dimasukkan dalam air akan mengembang (Backer & van den Brink, 1965; Wijayakusuma, et al., 1996).
Di Indonesia secara umum dikenal dengan nama selasih, kecuali di Sulawesi dikenal dengan Amping. (Wijayakusuma, 1996).

b. Klasifikasi Tanaman

selasih1
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Amaranthaceae
Suku : Lamiaciae (Labiatae)
Marga : Ocimum
Jenis : Ocimum basilicum forma violaceum Back
(Backer & van den Brink, 1965)

c. Kandungan Kimia
Daun mengandung: asam kafeat, p-asam kumarat, Myresin, Rutin, Kuersetin. Seluruh herba mengandung minyak menguap yang terdiri dari: 1,8-Sineol, p-Cymene, Limonen , Linalool , Metilkaviol, Metil sinamat, Pinen, Safrol, alfa-Terpinen (Anonime, 2005)

d. Kegunaan dan Khasiat
Berdasarkan hasil penelitian, minyak menguapnya beraktivitas sebagai antibakteri yang telah diuji dengan S. aureus, S. enteritidis dan E. coli dan aktivitas antifungalnya efektif terhadap C. albicans, P. notatum, dan Microsporeum gyseum. Kamfor, d-limonen, myresen, dan timol mempunyai aktivitas sebagai antireppelant, dengan kemampuan membunuh serangga sampai 90% pada konsentrasi 113-283 ppm. Selasih juga telah digunakan sebagai antiekspektoran. (Anonime, 2005)

e. Habitat dan Penyebaran
Dapat ditemukan di tempat lembab dan teduh di dataran rendah sampai ketinggian 450 m. Tersebar di seluruh pulau di Indonesia (terutama Sumbawa), bahkan di Asia, Eropa, dan Amerika Selatan. (Backer & van den Brink, 1965; Wijayakusuma, et al.,, 1996).

Sambang Colok (Aerva sanguinolenta(L.) )

Sambang Colok (Aerva sanguinolenta(L.) )">Sambang Colok (Aerva sanguinolenta(L.) )

Admin CCRC Farmasi UGM February 27th, 2009

sambang-colok1

Sambang Colok (Aerva sanguinolenta(L.) )


a. Morfologi tanaman
Herba tegak, tinggi 0,5-2 m, batang berbentuk bulat dengan pangkal berkayu, beruas, berwarna merah keunguan dan bercabang-cabang. Daunnya tunggal, merah, bertangkai, berhadapan, helaian daun bentuk bulat, ujung terbelah, bertepi rata, pangkal meruncing, pertulangan menyirip, pada sisi atas berkilat, berbulu pendek, panjang 2-8 cm, lebar 1-5 cm dan tangkai daun panjang 1-6 cm. Bunga majemuk, bentuk bulir, di ketiak daun, panjang 0,75-10 cm, berkelamin 2, tangkai sari pangkalnya berlekatan, bentuk mangkok, kepala sari dua, tangkai putik pendek kecil, kepala putik 1, taju 2, perhiasan bunga 5, panjang + 2 mm, berbulu halus dan putih. Buah pipih dan hitam. Biji kecil dengan warna hitam mengkilat. Akar tunggang dan merah keunguan.
(Backer and Bakhuizen van den Brink, 1965)

b. Habitat dan penyebaran
Tumbuh liar di halaman dan di ladang-ladang sampai setinggi kira-kira 1000m dari permukaan laut. Terdapat di Afrika, Malaysia, Cina bagian selatan, Filipina, Taiwan bagian selatan dan Indonesia. Di Indonesia penyebarannya terdapat di daerah Jawa dan Madura. Banyak ditanam di halaman-halaman sebagai tanaman hias.

c. Klasifikasi

sambangcolok_sambangcokok_aerva_sanguinolenta

Divisio : Spermatophyta
Sub divisio : Angiospermae
Classis : Dicotyledonae
Ordo : Carryophyllales
Familia : Amaranthaceae
Genus : Aerva
Species : Aerva sanguinolenta (L.) Bl.
(Backer and Bakhuizen van den Brink, 1965)

d. Nama tanaman
Tanaman : Aerva sanguinolenta (L.) Bl.
Sinonim : Achyranthes sanguinolentaa L., Achyranthes scandens Roxb., Aerva scandens (Roxb.) Moq., Aerva timorensis Moq., Aerva velutina Moq.
Nama daerah : Ki sambang (Sunda), Sambang colok (Jawa), Rebha et raedhan (Madura).
(Sudarman, 1975)

e. Kandungan kimia
Kandungan yang terdapat dalam daun sambang colok yaitu mengandung senyawa alkaloid, minyak atsiri, dan flavonoid (Restanti, 1992).

f. Manfaat tanaman
Daun sambang colok dalam pengobatan biasa digunakan sebagai obat haid kurang teratur, obat untuk menghilangkan rasa nyeri haid, obat kencing kurang lancar, obat kencing nanah, obat kurang darah, obat keputihan, obat cacing dan obat radang rahim (Sudarman, 1975).

g. Penelitian tentang tanaman sambang colok
Daun Sambang colok banyak digunakan sebagai obat tradisional, namun demikian penelitian untuk membuktikan manfaat tanaman Sambang colok. masih jarang dilakukan. Sampai saat ini, penelitian yang ada hanya sebatas skrining fitokimia dan pemeriksaan mikroskopi dari tanaman Sambang colok. Dari hasil penelitian diketahui bahwa daun tanaman Sambang colok mengandung alkaloid, minyak atsiri, dan flavonoid (Restanti, 1992).

Daftar pustaka

Restanti, A.R., 1992, Skrining Fitokimia dan Pemeriksaan Mikroskopi Daun Sambang Colok (Aerva sanguinolenta Linn.), Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Kontributor : Joko Untung, Maya Fitria, Luthfia Indriyani, Endang Sulistyorini S.P dan Rina Maryani

Saga (Abrus precatorius Linn)

Saga (Abrus precatorius Linn)">Saga (Abrus precatorius Linn)

Admin CCRC Farmasi UGM February 27th, 2009

a. Klasifikasi Tanaman

abrus_precatorius-2 tanaman saga

Tanaman Saga (Abrus precatorius Linn)

Saga (Abrus precatorius, Linn)
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiosperrnae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Resales
Suku : Leguminosae
Marga : Abrus
Jenis : Abrus precatorius L.
(Inventaris Tanaman Obat Indonesia,1994)

b. Morfologi Tanaman
Daunnya majemuk, berbentuk bulat telur serta berukuran kecil-kecil. Daun Saga bersirip ganjil dan memiliki rasa agak manis. Saga mempunyai buah polong berisi biji-biji yang berwarna merah dengan titik hitam mengkilat dan licin. Bunganya berwarna ungu muda dengan bentuk menyerupai kupu-kupu, dalam tandan bunga.

c. Kandungan Kimia
Daun maupun akar mengandung protein, vitamin A,B1, B6, C, Kalsium Oksalat, glisirizin, flisirizinat, polygalacturomic acid dan pentosan. Daun, batang dan biji : saponin dan flavonoid. Batang : polifenol. Biji : tannin. Akar : alkaloid, saponin dan polifenol

d. Kegunaan dan Khasiat
Berkhasiat sebagai obat sariawan, obat batuk dan obat radang tenggorokan.

e. Habitat dan Penyebarannya

buah saga


Tumbuhan ini banyak tumbuh secara liar di hutan-hutan, ladang-ladang atau sengaja dipelihara di pekarangan. Tumbuh dengan baik pada daerah dataran rendah sampai ketinggian 1000 meter di atas permukaan laut.

Ubi Merah (Ipomoea batatas Poir)

Ubi Merah (Ipomoea batatas Poir)">Ubi Merah (Ipomoea batatas Poir)

Admin CCRC Farmasi UGM February 27th, 2009

img_9415-copy

Ubi Merah (Ipomoea batatas Poir)

Klasifikasinya, Antara lain :

Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledone
Bangsa : Solanales
Suku : Convolvulaceae
Marga : Ipomoea
Jenis : Ipomoea batatas Poir

a. Deskripsi

_______ubi-merah_______bunga-ubi-merah


Habitus : herba, semusim, panjang ± 5 m. Batang : bulat, bercabang, lunak, bergetah, beruas, tiap buku bisa tumbuh akar, membentuk umbi, hijau pucat. Daun : tunggal, bertangkai, bulat, ujung runcing, tepi rata, pangkal ramping, pertulangan menyirip, panjang 4-14 cm, lebar 4-11 cm, hijau. Bunga : majemuk, bentuk terompet, di ketiak daun, kelopak bentuk lonceng, bertaju lima, hijau, mahkota bentuk corong, panjang 3-4,5 cm, putih, benang sari lima, melekat pada mahkota, putik bentuk benang, kepala putik kecil, putih. Buah : kotak, bulat telur, beruang 2-4, masih muda hijau setelah tua hitam. Biji : kecil, diameter ± 1 mm, putih kotor. Akar : tunggang, putih. (Syamsuhidayat and Hutapea, 1991)

b. Khasiat
Daun berkhasiat sebagai obat bisul, obat penurun panas, dan obat luka bakar. Ubi merah mengurangi resiko penyakit jantung dan kanker, mengontrol kadar gula darah, dan menjaga daya ingat (anti pikun).

c. Kandungan
Daun dan akar mengandung saponin, flavonoid, polifenol. Ubi merah mengandung vitamin C, vitamin E, betakaroten, vitamin B yaitu B6 dan asam folat, serat, karbohidrat kompleks, dan rendah kalori.

Daftar pustaka

Syamsuhidayat, S.S and Hutapea, J.R, 1991, Inventaris Tanaman Obat Indonesia, edisi kedua, Departemen Kesehatan RI, Jakarta

Kontributor : Endang Sulistyorini, S.P dan Rina Maryani, A.Md

Temu Kunci (Boesenbergia pandurata)

Temu Kunci (Boesenbergia pandurata)">Temu Kunci (Boesenbergia pandurata)

Admin CCRC Farmasi UGM February 27th, 2009

gambar I : Rimpang Temu Kunci

Gambar II : Tanaman Temu Kunci

a.Morfologi tumbuhan
Temu kunci berperawakan herba rendah, merayap di dalam tanah. Dalam satu tahun pertumbuhannya 0,3-0,9 cm. Batangnya merupakan batang asli di dalam tanah sebagai rimpang, berwarna kuning coklat, aromatik, menebal, berukuran 5-30 x 0,5-2 cm. Batang di atas tanah berupa batang semu (pelepah daun). Daun tanaman ini pada umumnya 2-7 helai, daun bawah berupa pelepah daun berwarna merah tanpa helaian daun. Tangkai daun tanaman ini beralur, tidak berambut, panjangnya 7-16 cm, lidah-lidah berbentuk segitiga melebar, menyerupai selaput, panjang 1-1,5 cm, pelepah daun sering sama panjang dengan tangkai daun; helai daunnya tegak, bentuk lanset lebar atau agak jorong, ujung daun runcing, permukaan halus tetapi bagian bawah agak berambut terutama sepanjang pertulangan, warna helai daun hijau muda, lebarnya 5-11 cm.
Bunga tanaman ini berupa susunan bulir tidak berbatas, di ketiak daun, dilindungi oleh 2 spatha, panjang tangkai 41 cm, umumnya tangkai tersembunyi dalam 2 helai daun terujung. Kelopak bunganya 3 buah lepas, runcing. Mahkota bunganya 3 buah, warnanya merah muda atau kuning-putih, berbentuk tabung 50-52 mm, bagian atas tajuk berbelah-belah, berbentuk lanset dengan lebar 4 mm dan panjang 18 mm. Benang sarinya 1 fertil besar, kepala sarinya bentuk garis membuka secara memanjang. Lainnya berupa bibir-bibiran (staminodia) bulat telur terbalik tumpul, merah muda atau kuning lemon, gundul, 6 pertulangan, dan ukurannya 25×7 cm. Putik bunganya berupa bakal buah 3 ruang, banyak biji dalam setiap ruang (Plantus, 2008).

b.Klasifikasi tumbuhan
Kerajaan: Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Boesenbergia
Spesies : Boesenbergia pandurata

c.Nama tumbuhan
Nama Ilmiah : Boesenbergia pandurata
Sinonim : Gastrochilus panduratum (Roxb) Schult.; Kaempferia pandurata (Roxb); Boesenbergia rotunda
Nama umum/ dagang : Temu kunci
Nama Lokal : Temu kunci (Indonesia), koncih (Sumatera), Tamu kunci (Minangkabau), Konce (Madura), Kunci (jawa tengah), Dumu kunci (Bima), Tamu konci (Makasar), Tumu kunci (Ambon), Anipa wakang (Hila-Alfuru), Aruhu Konci (Haruku), Sun (Buru) Rutu kakuzi (Seram), Tamputi (Ternate)
Nama asing : Fingerroot (Inggris), Krachai (Thailand), Chinese key (Cina).

d.Habitat dan penyebaran
Tanaman ini banyak tumbuh dari daerah tropis dataran rendah. Waktu berbunganya pada bulan Januari-Februari, April-Juni. Daerah distribusi dan habitat tanaman ini adalah tumbuh liar pada dataran rendah, di hutan-hutan jati. Tanaman ini tumbuh baik pada iklim panas dan lembab pada tanah yang relatif subur dengan pertukaran udara dan tata air yang baik. Pada tanah yang kurang baik tata airnya (sering tergenang air, atau becek pertumbuhan akan terganggu dan rimpang cepat busuk) (Plantus, 2008). Perbanyakannya temu kunci dapat dilakukan dengan pemotongan rimpang menjadi beberapa bagian (tiap bagian terdapat paling sedikit 2 mata tunas) dan penanaman dilakukan pada jarak tanam 3000 cm.
Untuk pemanenan, temu kunci dipanen setelah berumur 1 tahun. Setelah dilakukan pemanenan, dilakukan sortasi dan dicuci, kemudian dipotong menjadi bagian-bagian yang lebih kecil/tipis dan dikeringkan di tempat teduh dengan aliran udara yang baik. Untuk jumlah kecil disimpan dalam wadah tertutup rapat dan kedap cahaya (sebagai penyerap lembab udara dapat dengan charcoal= karbon aktif) (Plantus, 2008).

e.Manfaat tumbuhan
Secara umum, masyarakat menggunakan rimpang temu kunci sebagai peluruh dahak atau untuk menanggulangi batuk, peluruh kentut, penambah nafsu makan, menyembuhkan sariawan, bumbu masak, dan pemacu keluarnya Air Susu Ibu (ASI). Minyak atsiri rimpang temu kunci (Boesenbergia pandurata) juga berefek pada pertumbuhan Entamoeba coli, Staphyllococus aureus dan Candida albicans; selain itu dapat berefek pada pelarutan batu ginjal kalsium secara in vitro. Perasan dan infusa rimpang temu kunci memiliki daya analgetik dan antipiretik. Di samping itu dapat mempunyai efek abortivum, resorpsi dan berpengaruh pada berat janin tikus. Ekstrak rimpang yang larut dalam etanol dan aseton berefek sebagai antioksidan pada percobaan dengan minyak ikan sehingga mampu menghambat proses ketengikan. Dari penelitian lain diperoleh informasi bahwa ekstrak rimpang temu kunci dapat menghambat bakteri isolat penyakit Orf (Ektima kontagiosa) (Plantus, 2008).
Selain di Indonesia, ternyata negara lain juga banyak yang memanfaatkan temu kunci. Di Thailand, rimpang temu kunci biasa digunakan sebagai bumbu masak. Selain itu, tanaman ini juga telah digunakan sebagai obat aprodisiac, disentri, antiinflamasi, kolik, serta untuk menjaga kesehatan tubuh. Di Malaysia, rimpang temu kunci digunakan sebagai sebagai obat sakit perut dan dekoksi pada wanita pasca melahirkan.

f.Penelitian-penelitian
Sohn et al. (2005) menyatakan bahwa panduratin A menghambat kuat pertumbuhan sel kanker HepG2 yang diinduksi dengan tert-Butylhydroperoxide (t-BHP). tert-Butylhydroperoxide (t-BHP) merupakan senyawa yang biasa digunakan untuk menginduksi kanker dengan mekanisme pembentukan intermediet radikal bebas. Panduratin A memproteksi sel HepG2 melaui perbaikan kerusakan oksidatif yang disebabkan oleh t-BHP dengan cara menangkap radikal bebas.
Trakoontivakorn et al. (2001) menyatakan bahwa ekstrak metanolik dari rimpang temu kunci mempunyai efek antimutagenik pad Trp-P-1 pada uji Amest tes. Enam kandungan zat aktif yang menunjukkan antimutagenik ini adalah kalkon, cardamonin, pinocembrin, pinostrobin, 4-hidroksipanduratin, dan panduratin A. IC50 masing-masing zat adalah 5.2 ± 0.4m M, 5.9 ± 0.7 m M, 6.9 ± 0.8 m M, 5.3 ± 1.0 m M, 12.7 ± 0.7 m M and 12.1± 0.8. Keenam kandungan dari temu kunci ini menunjukkan penghambatan induksi mutagenesis yang mirip. Kesemuanya merupakan inhibitor kuat N-hydroxylation Trp-P-2. Mekanisme kerja dari zat-zat aktif ini yaitu menghambat aktivasi pertama dari amina heterosiklik.
Kirana et al. (2006) telah meneliti bahwa panduratin A dapat menghambat pertumbuhan sel kanker payudara MCF7 dan sel adenokarsinoma kolon HT-29 pada manusia melalui penghambatan COX-2 yang merupakan faktor penting dalam perkembangan inflamasi dan sel tumor. Selain itu, panduratin A juga telah dibuktikan mempunyai aktivitas antimutagenik melalui induksi Quinon Reduktase (QR) yang merupakan enzim fase II. Enzim fase II memiliki peran penting dalam mekanisme pertahanan sel dan metabolisme, seperti detoksifikasi senyawa-senyawa elektrofilik. Sel HT-29 yang diperlakukan dengan panduratin A menunjukkan adanya gejala apoptosis, misalnya membran yang menggelembung, pemendekan kromatin, dan atau fragmentasi nukleus dan badan apoptotik ketika sel diwarnai dengan Hoechst 33258.
Yun et al. (2006) telah membuktikan bahwa Panduratin A yang merupakan derivat dari kalkon juga mempunyai berbagai efek biologis, seperti antiinflamasi, analgetik, dan antioksidan. Pada penelitian sebelumnya, telah dibuktikan bahwa panduratin A memiliki efek antiinflamasi pada model sel RAW 264.7. Namun, penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa Panduratin A berpotensi sebagai antikanker dengan mekanisme aksi menginduksi apoptosis pada sel kanker kolon HT29. Pada kanker kolon, panduratin A lebih poten dari pada inhibitor selektif COX-2, misalnya Celecoxib; dan obat-obat antitumor (5-flurouracil and Cisplatin). Panduratin A juga dapat memacu apoptosis sel melalui aktivasi caspase. Enzim caspase berperan penting dalam mekanisme apoptosis. Bukti-bukti menunjukkan bahwa TRAIL dan FAS signaling pathway berperan dalam kemoterapi-induksi apoptosis, dengan aktivasi inisiator caspase 8 atau caspase 3, 6 dan 7. Induksi apoptosis dan atau penghambatan pembelahan sel berhubungan erat dengan aktivasi intraselular signaling pathway untuk menghentikan siklus sel pada fase G1, S, atau G2/M. Perlakuan dengan panduratin A pada sel CaP, menunjukkan penurunan level protein cyclin B1, cdc25C and cdc2. Pada dosis tertentu, penggunaan panduratin A juga dapat menurunkan level cyclins D1 dan E1 yang secara serentak juga akan menurunkan aktivitas CDK2, CDK4, dan CDK6. Data-data ini mengindikasikan bahwa panduratin A sangat penting dalam regulasi siklus sel. Penelitian menunjukkan bahwa siklus sel berhenti pada transisi G2/M dengan agen perusak DNA yang berhubungan dengan induksi ekspresi p21WAF/Cip1. p27Kip1 adalah anggota lain dari inhibitor CDK1 yang bisa berikatan dan menghambat aktivitas CDK. Ditemukan bahwa p27Kip1 dan/atau p21WAF/Cip1 ter-upregulasi pada PC3 dan DU145 dengan penggunaan Panduratin A. Jadi, dapat dikatakan bahwa, adanya upregulasi dari p27Kip1 dan/atau p21WAF/Cip1 paling tidak akan menurunkan ekspresi cyclins dan aktivasi CDK. Hal ini merupakan mekanisme panduratin A untuk menghambat sel CaP tumbuh dan memicu sel tersebut untuk berhenti membelah.

Daftar pustaka

Kirana, C., Jones, G.P., Record, I.R., and McIntosh, G.H., 2006, Anticancer Properties of Panduratin A Isolated from Boesenbergia Pandurata (Zingiberaceae), Journal of Natural Medicine, 61:131-137.

Plantus, 2008, Fingerroot (Boesenbergia pandurata Roxb. Schult). http://anekaplanta.wordpress.com/2008/01/04/temu-kunci-boesenbergia-pandurata-roxb-schlechter/ [15 Maret 2008].

Sohn, J.H., Han, K.L., Lee, S.H., and Hwang, J.K., 2005, Protective Effects of Panduratin Against Oxidative Damage of tert-Butylhydroperoxide in Human HepG2 Cells, Biological and Pharmaceutical Bulletin, 28(6):1083-1086.

Trankoontivakorn, G., Nakahara, K., Shinmoto, H., Takenaka, M., Kameyama, M.O., Ono, H., Yoshida, H.M., Nagata, T., and Tsushida, T., 2001. Structural Analysis of a Novel Antimutagenic Activity of Flavonoids in Thai Spice, Fingerroot (Boesenbergia pandurata Schult.) Against Mutagenic Heterocyclic Amines, J. Agric. Food. Chem, 49(6):3046-3050.

Yun, J.M., Kweon, M.H., Kwon, H.J., Hwang, J.K., and Mukhtar, H., 2006, Induction of Apoptosis and Cell Cycle Arrest by a Chalcone Panduratin A Isolated from Kaempferia pandurata in Androgen-Independent Human Prostate Cancer Cells PC3 and DU145, Carcinogenesis Advance Access, 27(7):1454-1464.

Kontributor : Fina Aryani Geonadi, Maya Fitria, Diah Putri Ayu W, dan Endang Sulistyorini S.P

Pinang (Areca catechu L.)

Pinang (Areca catechu L.)">Pinang (Areca catechu L.)

Admin CCRC Farmasi UGM February 26th, 2009

____________pinang___ pinang2 ____

Pinang (Areca catechu L.)

a.Morfologi tumbuhan

Areca catechu L. (pinang) merupakan tanaman famili Arecaceae yang dapat mencapai tinggi 15-20 m dengan batang tegak lurus bergaris tengah 15 cm. Buahnya berkecambah setelah 1,5 bulan da 4 bulan kemudian mempunyai jambul daun-daun kecil yang belum terbuka. Pembentukan batang baru terjadi setelah 2 tahun dan berbuah pada umur 5-8 tahun tergantung keadaan tanah. Tanaman ini berbunga pada awal dan akhir musim hujan dan memiliki masa hidup 25-30 tahun. Biji buah berwarna kecoklatan sampai coklat kemerahan, agak berlekuk-lekuk dengan warna yang lebih muda. Pada bidang irisan biji (Gambar 7) tampak perisperm berwarna coklat tua dengan lipatan tidak beraturan menembus endosperm yang berwarna agak keputihan (Depkes RI, 1989).

b. Klasifikasi tumbuhan

Tanaman pinang diklasifikasikan dalam divisi spermatophyta, sub divisi angiospermae, kelas monocotyledonae, bangsa arecales, suku arecaceae/palmae, marga Areca , dan jenis Areca catechu L. (Syamsuhidayat and Hutapea, 1991; Backer and Van Den Brink, 1965).

c. Nama daerah

pohon-pinang

Pinang memiliki nama daerah seperti pineng, pineung (Aceh), pinang (Gayo), batang mayang (Karo), pining (Toba), batang pinang (Minangkabau), dan jambe (Sunda, Jawa) (Depkes RI, 1989).

d. Kandungan kimia

Biji buah pinang mengandung alkaloid, seperti arekolin (C8 H13 NO2), arekolidine, arekain, guvakolin, guvasine dan isoguvasine, tanin terkondensasi, tannin terhidrolisis, flavan, senyawa fenolik, asam galat, getah, lignin, minyak menguap dan tidak menguap, serta garam (Wang et al., 1996). Nonaka (1989) menyebutkan bahwa biji buah pinang mengandung proantosianidin, yaitu suatu tannin terkondensasi yang termasuk dalam golongan flavonoid (Gambar 8). Proantosianidin mempunyai efek antibakteri, antivirus, antikarsinogenik, anti-inflamasi, anti-alergi, dan vasodilatasi (Fine, 2000). Fraksi flavonoid (flavonol, antosianin, flavan-3-ol, dan proantosianidin) dari ekstrak cranberry mampu menghambat pertumbuhan sel melalui G1 dan G2/M arrest serta mampu menginduksi apoptosis pada sel kanker payudara MDA-MB-435 (Ferguson et al., 2004). Sedangkan proantosianidin pada biji anggur memiliki aktivitas penghambatan pertumbuhan sel kanker melalui downregulasi ekspresi Bcl-XL (death inhibitor) sehingga dapat menginduksi apoptosis (Leigh, 2003). Hal ini memungkinkan aktivitas sitotoksik proantosianidin pada pinang juga melalui mekanisme yang sama. Tanaman pinang berpotensi antikanker karena memiliki efek antioksidan, dan antimutagenik (Wang et al., 1996; Lee and Choi, 1999). Ekstrak etanolik buah pinang memperlihatkan aktivitas antioksidan dengan IC50 sebesar 45,4 μg/ml (Lee and Choi, 1999). Pinang mampu menginduksi cell cycle arrest pada kultur sel epitelial oral-KB (Chang et al., 2001). Berdasarkan data-data tersebut, biji buah pinang berpotensi untuk dikembangkan sebagai agen sitotoksik yang dapat dikombinasi dengan agen kemoterapi sehingga mampu meningkatkan sensitifitas sel kanker.

Daftar pustaka

Backer, C.A., and Van Den Brink, R.C., 1968, Flora of Java (Spermatophytes Only), Noordhoff NV, Groningen, Netherlands, Vol III, p.164-194.

Depkes RI, 1989, Materia Medika Indonesia, Jilid V, p. 55-58.

Ferguson, P.J., Kurowska, E., Freeman, D.J., dan Koropatnick, D.J., 2004, A Flavonoid Fraction from Cranberry Extract Inhibits Proliferation of Human Tumor Cell Lines, J. Nutr. 134:1529-1535.

Fine, A.M., 2000, Oligomeric Proanthocyanidin Complexes: History, Structure, and Phytopharmaceutical Applications, Altern Med Rev, 5(2):144-151.

Lee, K.K., and Choi, J.D., 1999, The Effects of Areca Catechu L Extract on Anti-Inflammation and Anti-Melanogenesis, International Journal of Cosmetic Science 21(4):275-284.

Leigh, M.J., 2003, Health Benefits of Grape Seed Proanthocyanidin Extract (GSPE), Nutrition Noteworthy, 6(1): article 5.

Nonaka, G., 1989, Isolation and structure elucidation of tannins, Pure & Appl. Chem, 61 (3): 357-360.

Syamsuhidayat, S.S., Hutapea, J.R., 1991, Inventaris Tanaman Obat Indonesia, Balitbang Departemen Kesehatan, Vol I: 64-65.

Wang, C.K., and Lee, W.H., 1996, Separation, Characteristics, and Biological Activities of Phenolics in Areca Fruit, J. Agric. Food Chem., 44(8):2014 -2019.

kontributor : Sri handayani, Endang Sulistyorini S.P dan Rina Maryani

Papaya (Carica papaya L.)

Papaya (Carica papaya L.)">Papaya (Carica papaya L.)

Admin CCRC Farmasi UGM February 26th, 2009

____________ _ papaya3

___pepaya _

Papaya (Carica papaya L.)

a.Morfologi tanaman
Carica papaya L. adalah semak berbentuk pohon dengan batang yang lurus dan bulat. Bagian atas bercabang atau tidak, sebelah dalam berupa spons dan berongga, sebelah luar banyak tanda bekas daun. Tinggi pohon 2,5-10 m, tangkai daun bulat berongga, panjang 2,5-10 m, daun bulat atau bulat telur, bertulang daun menjari, tepi bercangap, berbagi menjari, ujung runcing garis tengah 25-75 cm, sebelah atas berwarna hijau tua, sebelah bawah hijau agak muda daun licin dan suram, pada tiap tiga lingkaran batang terdapat 8 daun. Bunga hampir selalu berkelamin satu atau berumah dua, tetapi kebanyakan dengan beberapa bunga berkelamin dua pada karangan bunga yang jantan. Bunga jantan pada tandan yang serupa malai dan bertangkai panjang, berkelopak sangat kecil mahkota berbentuk terompet berwarna putih kekuningan, dengan tepi yang bertaju lima, dan tabung yang panjang, langsing, taju berputar dalam kuncup, kepala sari bertangkai pendek, dan duduk bunga betina kebanyakan berdiri sendiri, daun mahkota lepas dan hampir lepas, putih kekuningan, bakal buah beruncing satu, kepala putik lima duduk. Buah buni bulat telur memanjang, biji banyak, dibungkus oleh selaput yang berisi cairan, didalamnya berduri. Berasal dari Amerika, ditanam sebagai pohon buah (Steenis, 1992).
Tanaman ini dapat dijumpai hampir di seluruh kepulauan Indonesia. Di Jawa tengah dikenal dengan nama kates, di Sunda dinamakan gedang, orang sulawesi menyebutnya kapaya dan di Ambon dikenal dengan nama papas.

b.Klasifikasi tanaman

papaya1
Divisio : Spermathophyta
Subdivision : Angiospermae
Class : Dicotyledonae
SubClass : Sympetalae
Ordo : Cystales/Parietales
Famili : Caricaceae
Genus : Carica
Spesies : Carica papaya L. (Steenis, 1992)

c.Manfaat tanaman
Tanaman papaya ini mempunyai banyak sekali manfaat dan kegunaan dan telah digunakan secara tradisional untuk: arthiris dan reumatik di Indonesia dan Haiti; asma dan infeksi pernapasan di Mauritius, Meksiko dan Filipina; kanker di Australia dan Meksiko; konstipasi dan laksatif di Honduras, Panama dan Trinidad; meningkatkan produksi susu di Indonesia dan Malaysia; tumor (Uterus) di Ghana, Indochina, dan Nigeria; dan sifilis di Afrika.
Papain adalah enzim yang terkandung dalam papaya dan telah banyak diteliti manfaatnya. Dalam industri, papain mempunyai banyak kegunaan antara lain dalam proses penggumpalan susu (rennet), proses penguraian protein, pembuatan bir, mengempukkan daging, proses ekstraksi minyak hati ikan tuna, dan membersihkan sutra dan wool sebelum pewarnaan (Duke, 1983).

d.Kandungan kimia

buah-pepaya

Tanaman papaya mempunyai kandungan kimia yang berbeda-beda pada buah, daun, akar maupun biji. Pada buah terkandunga asam butanorat, metal butanoat, benzilglukosinolat, linalool, papain, asam alfa linoleat, alfa filandren, alfa terpinen, gamma terpinen, 4-terpineol, dan terpinolen. Pada daun terkandung alkaloid, dehidrokarpain, pesedokarpain, flavonol, benzilglukosinolat, papain dan tannin.
Seratus gram daun dilaporkan mengandung 74 kalori, 77.5 g H2O, 7 g protein, 2 g lemak, 11.3 g karbohidrat total, 1.8 g serat, 2.2 g abu, 344 mg kalsium, 142 mg fosfor, 0.8 mg besi, 18 g natrium, 652 mg kalium, 11.565 µg beta karoten, 0.09 mg thiamin, 0.48 mg riboflavin, 2.1 mg niasin, 140 mg asam askorbat dan 136 mg vitamin E (Duke, 1983).
Daftar pustaka
Duke, james A., 1983. Handbook of Energy Crops (Unpublished). www.hord.purdue.edu/newcrop/duke

Kontributor :
Ida Ayu Putu Indah I.A, Endang Sulistyorini, S.P dan Rina Maryani

Mungsi arab (Artemisia vulgaris L.)

Mungsi arab (Artemisia vulgaris L.)">Mungsi arab (Artemisia vulgaris L.)

Admin CCRC Farmasi UGM February 26th, 2009

mungsi-arab tanaman-mungsi-arap

Mungsi Arab (Artemisia vulgaris L)

1.Klasifikasi
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Asterales
Famili : Asteraceae
Genus : Artemisia
Spesies : Artemisia vulgaris L.
Nama lain : baru cina, mungsi arab

2.Morfologi tanaman
Batang : Setengah berkayu, percabangan banyak, beralur dan berambut.
Daun : Berbentuk bulat-telur dengan tepi berbagi menjari ujung meruncing, kedua permukaan daun berambut halus. Warna daun hijau, di bagian bawah warna lebih putih, duduk berseling.
Bunga : Bunga majemuk, kecil-kecil, warna kuning muda berbentuk bonggol tersusun dalam rangkaian berbentuk malai yang tumbuh menunduk, keluar dari ketiak daun dan ujung tangkai.
3.Habitat dan penyebaran
Berasal dari Cina, terdapat sampai 3000 m di atas permukaan laut. Tanaman ini menyenangi tanah yang cukup lembab dan tanah yang kaya humus, tumbuh liar di hutan dan di ladang. Jenis yang biasa ditanam di pekarangan sebagai tanaman obat.

4.Kandungan kimia
Minyak menguap (Phellandrene, cadinene, thujvl alkohol), alfa-amirin, fernenol, dehydromatricaria ester, cineole, Terpinen-4-ol, beta- karyophyllene, 1-quebrachitol). Akar dan batang : Inulin (mengandung artemose), Cabang kecil : Oxytocin, yomogi alcohol, dan ridentin. Daun mengandung skopoletin dan isoskopoletin.

5.Kegunaan dan khasiat
Sebagai obat untuk mengatasi sakit haid, keguguran, disentri, keputihan, susah punya anak, muntah darah, mimisan, pendarahan usus, mudah persalinan.
Kontributor : Muhammad Iqbal, Endang Sulistyorini S.P dan Rina Maryani

Kunyit (Curcuma longa Linn.)

Kunyit (Curcuma longa Linn.)">Kunyit (Curcuma longa Linn.)

Admin CCRC Farmasi UGM February 26th, 2009

Gambar 1 . Tanaman Kunyit dan daunnya

a.Klasifikasi Tumbuhan
Divisi : Spermatophyta
Anak Divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Bangsa : Zingiberales
Suku : Zingiberaceae
Marga : Curcuma
Spesies : Curcuma longa Linn.
Sinonim : Curcuma domestica Val.
(Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991)

b.Nama daerah
Kunyit secara empiris telah digunakan oleh masyarakat untuk mmengobati berbagai penyakit. Kunyit mempunyai berbagai nama daerah yang berbeda-beda diantaranya : kunir, koneng, koneng temen, temu kuning, konye Jawa); kunit, janar, henda, kunyit, cahang, dio, kalesiau (Kalimantan); kakunye, kunyet, kuning, hunik, odil, ondil, kondin, under, kunyit, kunir, jiten (Sumatera); uinida, kuni, hamu, alawahu, kolalagu, pagidon, uni, kunyi, unyik, nuyik (Sulawesi); Kunyit juga mempunyai istilah asing ” turmeric”.

c.Kandungan Kimia
Kandungan zat-zat kimia yang terdapat dalam rimpang kunyit adalah sebagai berikut :
a.zat warna kurkuminoid yang merupakan suatu senyawa diarilheptanoid 3-4% yang terdiri dari Curcumin, dihidrokurkumin, desmetoksikurkumin dan bisdesmetoksikurkumin.
b.Minyak atsiri 2-5% yang terdiri dari seskuiterpen dan turunan fenilpropana turmeron (aril-turmeron, alpha turmeron dan beta turmeron), kurlon kurkumol, atlanton, bisabolen, seskuifellandren, zingiberin, aril kurkumen, humulen.
c.Arabinosa, fruktosa, glukosa, pati, tanin dan dammar
d.Mineral yaitu magnesium besi, mangan, kalsium, natrium, kalium, timbal, seng, kobalt, aluminium dan bismuth.
(Sudarsono et.al, 1996)

d. Kegunaan

kunyit

Bagian yang sering dimanfaatkan sebagai obat adalah rimpang; untuk, antikoagulan, antiedemik, menurunkan tekanan darah, obat malaria, obat cacing, obat sakit perut, memperbanyak ASI, stimulan, mengobati keseleo, memar dan rematik. Kurkuminoid pada kunyit berkhasiat sebagai antihepatotoksik (Kiso et al., 1983) enthelmintik, antiedemik, analgesic. Selain itu kurkumin juga dapat berfungsi sebagai antiinflamasi dan antioksidan (Masuda et al., 1993). Menurut Supriadi, kurkumin juga berkhasiat mematikan kuman dan menghilangkan rasa kembung karena dinding empedu dirangsang lebih giat untuk mengeluarkan cairan pemecah lemak. Minyak atsiri pada kunyit dapat bermanfaat untuk mengurangi gerakan usus yang kuat sehingga mampu mengobati diare. Selain itu, juga bisa digunakan untuk meredakan batuk dan antikejang.

e.Kurkumin
Curcumin ( 1,7-bis(4′ hidroksi-3 metoksifenil )-1,6 heptadien, 3,5-dion merupakan komponen penting dari Curcuma longa Linn. yang memberikan warna kuning yang khas (Jaruga et al., 1998 dan Pan et al., 1999). Curcumin termasuk golongan senyawa polifenol dengan struktur kimia mirip asam ferulat yang banyak digunakan sebagai penguat rasa pada industri makanan (Pan et al., 1999). Serbuk kering rhizome (turmerik) mengandung 3-5% Curcumin dan dua senyawa derivatnya dalam jumlah yang kecil yaitu desmetoksi kurkumin dan bisdesmetoksikurkumin, yang ketiganya sering disebut sebagai kurkuminoid (Tonessen dan Karlsen, 1995). Curcumin tidak larut dalam air tetapi larut dalam etanol atau dimetilsulfoksida (DMSO). Degradasi Curcumin tergantung pada pH dan berlangsung lebih cepat pada kondisi netral-basa (Aggarwal et al., 2003a).

Struktur kimia Curcumin [1,7-bis-(4'-hidroksi-3'-metoksifenil)hepta-1,6-diena-3,5-dion]

Aktivitas antikanker Curcumin telah banyak diteliti menggunakan berbagai pendekatan pada berbagai jenis kanker baik secara in vitro maupun in vivo. Curcumin dapat dikembangkan sebagai obat antikanker yang poten. Aktivitas antikanker Curcumin dikaitkan dengan kemampuannya sebagai penghambat COX maupun pada jalur signaling sel, baik melalui pemacuan apoptosis maupun cell cycle arrest dengan mempengaruhi produk gen penekan tumor maupun onkogen (Meiyanto, 1999). Selain itu, dikaitkan juga dengan kemampuannya sebagai antioksidan, penghambatan karsinogenesis, penghambatan proliferasi sel, antiestrogen, dan antiangiogenesis.

Daftar pustaka

Labu Kuning (Cucurbita moschata Durch)

Labu Kuning (Cucurbita moschata Durch)">Labu Kuning (Cucurbita moschata Durch)

Admin CCRC Farmasi UGM February 26th, 2009

Tanaman Labu Kuning

Gambar 1. Tanaman Labu Kuning

Bunga Labu Kuning

Gambar 2. Bunga Labu Kuning

a. Klasifikasi Tanaman:
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Cucurbitales
Familia : Cucurbitaceae
Genus : Cucubita
Spesies : Cucubita moschata Durch
(Hutapea, J.R, et al., 1994)

b. Nama Daerah
Tanaman Cucubita moschata Durch ini memiliki beberapa nama daerah yaitu Labu parang ( Melayu), Waluh (Sunda), Waluh (Jawa Tengah).

c. Morfologi
Tanaman labu kuning berasal dari Ambon (Indonesia). Ada lima spesies labu yang umum dikenal, yaitu Cucubita maxima Duchenes, Cucurbita ficifolia Bouche, Cucurbita mixta, Cucubita moschata Duchenes, dan Cucurbita pipo L. Kelima spesies cucurbita tersebut di Indonesia disebut labu kuning (waluh) karena mempunyai ciri-ciri yang hampir sama.
Buah labu kuning berbentuk bulat pipih, lonjong, atau panjang dengan banyak alur (15-30 alur). Ukuran pertumbuhannya cepat sekali, mencapai 350 gram per hari.

d. Khasiat dan Kandungan Kimia
Daunnya berfungsi sebagai sayur dan bijinya bermanfaat untuk dijadikan kuaci. Air buahnya berguna sebagai penawar racun binatang berbisa, sementara bijinya menjadi obat cacing pita. Daging buahnya pun mengandung antiokisidan sebagai penangkal kanker. Labu kuning juga dapat digunakan untuk penyembuhan radang, pengobatan ginjal, demam, dan diare.
Labu kuning megandung Karotenoid (betakaroten), Vitamin A dan C, mineral, lemak serta karbohidrat.

Kontributor : Rina Maryani

Ciplukan (Physalis angulata L)

Ciplukan (Physalis angulata L)">Ciplukan (Physalis angulata L)

Admin CCRC Farmasi UGM February 24th, 2009

Ciplukan (Physalis angulata L)

gambar 1 : tanaman Ciplukan

gambar 2 : Buah Ciplukan

1.Nama Tanaman
Nama ilmiah : Physalis angulata L. Nama lokal : Morel berry (Inggris), Ciplukan (Indonesia), Ceplukan (Jawa), Cecendet (Sunda), Yor-yoran (Madura), Lapinonat (Seram), Angket, Kepok-kepokan, Keceplokan (Bali), Dedes (Sasak), Leletokan (Minahasa).

2.Klasifikasi
Klasifikasi Physalis angulata L. dalam sistematika tumbuhan menurut
adalah:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonnae
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae
Marga : Physalis
Spesies : Physalis angulata L

3.Deskripsi Tanaman
Physalis angulata L. adalah tumbuhan herba annual (tahunan) dengan tinggi 0,1-1 m. Batang pokoknya tidak jelas, percabangan menggarpu, bersegi tajam, berusuk, berongga, bagian yang hijau berambut pendek atau boleh dikatakan gundul. Daunnya tunggal, bertangkai, bagian bawah tersebar, di atas berpasangan, helaian berbentuk bulat telur-bulat memanjang-lanset dengan ujung runcing, ujung tidak sama (runcing-tumpul-membulat-meruncing), bertepi rata atau bergelombang-bergigi, 5-15 x 2,5-10,5 cm.
Bunga tunggal, di ujung atau ketiak daun, simetri banyak, tangkai bunga tegak dengan ujung yang mengangguk, langsing, lembayung, 8-23 mm, kemudian tumbuh sampai 3 cm. Kelopak berbentuk genta, 5 cuping runcing, berbagi, hijau dengan rusuk yang lembayung. Mahkota berbentuk lonceng lebar, tinggi 6-10 mm, kuning terang dengan noda-noda coklat atau kuning coklat, di bawah tiap noda terdapat kelompokan rambut-rambut pendek yang berbentuk V. Tangkai benang sarinya kuning pucat, kepala sari seluruhnya berwarna biru muda. Putik gundul, kepala putik berbentuk tombol, bakal buah 2 daun buah, banyak bakal biji. Buah ciplukan berbentuk telur, panjangnya sampai 14 mm, hijau sampai kuning jika masak, berurat lembayung, memiliki kelopak buah.”

4.Habitat, Penyebaran, dan Budidaya
Ciplukan adalah umbuhan asli Amerika yang kini telah tersebar secara luas di daerah tropis di dunia. Di Jawa tumbuh secara liar di kebun, tegalan, tepi jalan, kebun, semak, hutan ringan, tepi hutan. Ciplukan biasa tumbuh di daerah dengan ketinggian antara 1-1550 m dpl. Kultur tunas dapat tumbuh baik pada media MS dengan penambahan zat pengatur tumbuh BA dan IAA. Kadar dan perbandingan zat pengatur tumbuh untuk regenerasi kultur tunas agar diperoleh planttet adalah sebesar BA 3-4 ppm dan IAA 0,1 ppm

5.Penggunaan di Masyarakat
Akar tumbuhan ciplukan pada umumnya digunakan sebagai obat cacing dan penurun demam. Daunnya digunakan untuk penyembuhan patah tulang, busung air, bisul, borok, penguat jantung, keseleo, nyeri perut, dan kencing nanah. Buah ciplukan sendiri sering dimakan; untuk mengobati epilepsi, tidak dapat kencing, dan penyakit kuning.

6.Kandungan Kimia
Senyawa-senyawa aktif yang terkandung dalam ciplukan antara lain saponin, flavonoid, polifenol, dan fisalin. Komposisi detail pada beberapa bagian tanaman, antara lain:
a.Herba : Fisalin B, Fisalin D, Fisalin F, Withangulatin A
b.Biji : 12-25% protein, 15-40% minyak lemak dengan komponen utama asam palmitat dan asam stearat.
c.Akar : alkaloid
d.Daun : glikosida flavonoid (luteolin)
e.Tunas : flavonoid dan saponin

7.Perkembangan penelitian P. angulata
Sejak lama, ciplukan sebenarnya telah diteliti oleh para ahli dari berbagai negara. Penelitian tersebut biasanya terfokus pada aktivitas yang dimiliki oleh ciplukan. Dari penelitian yang telah dilakukan, baik secara in vitro maupun in vivo, didapatkan informasi bahwa ciplukan memiliki aktivitas sebagai antihiperglikemi, antibakteri, antivirus, imunostimulan dan imunosupresan (imunomodulator), antiinflamasi, antioksidan, dan sitotoksik.
Baedowi [1998] telah melakukan penelitian terhadap ciplukan secara in vivo pada mencit. Dari penelitiannya tersebut, didapatkan informasi bahwa ekstrak daun ciplukan dengan dosis 28,5 mL/kg BB dapat mempengaruhi sel β insulin pankreas. Hal ini menunjukkan adanya aktivitas antihiperglikemi dari ciplukan.
Januario et al. (2000) telah menguji aktivitas antimikroba ekstrak murni herba Physalis angulata L. Fraksi A1-29-12 yang terdiri dari fisalin B, D, dan F menunjukkan KHM (Kadar Hambat Minimum) dalam menghambat Mycobacterium tubercolosis H37Rv sebesar 32 g.mL-1. Fisalin B dan D murni menunjukkan nilai KHM dalam menghambat Mycobacterium tubercolosis H37Rv masing-masing sebesar >128 g.mL-1 dan 32 g.mL-1. Diduga fisalin D berperan penting pada aktivitas antimikroba yang ditunjukkan.

Daftar pustaka

Baedowi, 1998, Timbunan Glikogen dalam Hepatosit dan Kegiatan Sel Beta Insula Pancreatisi Tikus Putih (Rattus norvegicus) Akibat Pemberian Ekstrak Daun Ciplukan, Penelitian Tanaman Obat di Beberapa Perguruan Tinggi di Indonesia IX, Departemen Kesehatan RI, Jakarta, 139.

Januário, Filho, Petro, Kashima, Sato, and França, 2000, Antimycobacterial Physalins from Physalis angulata L. (Solanaceae), Phytotherapy Res, 16(5): 445 - 448

Kontributor : Nurul Latifah, Ari Ariefah Hidayati, Sandro Rossano Yunas dan Endang Sulistyorini, S.P

Ki Tolod (lsotoma longiflora Presi.)

Ki Tolod (lsotoma longiflora Presi.)">Ki Tolod (lsotoma longiflora Presi.)

Admin CCRC Farmasi UGM February 26th, 2009

kitolod

ki-tolod

Ki Tolod (Isotoma longiflora Presi.)


a. Klasifikasi Tumbuhan

Sinonim :Laurentia longiflora, (Linn.), Peterm.
Familia :Campanuiaceae
Nama Lokal :Ki tolod, daun tolod (Sunda), Kendali, sangkobak (Jawa)
Tanaman yang berasal dari Hindia Barat ini tumbuh liar di pinggir saluran air atau sungai, pematang sawah, sekitar pagar dan tempat-tempat lainnya yang lembab dan terbuka. Ki tolod dapat ditemukan dari dataran rendah sampai 1.100 m dpl. Terna tegak, tinggi mencapai 60 cm, bercabang dari pangkalnya, bergetah putih yang rasanya tajam dan mengandung racun. Daun tunggal, duduk, bentuknya lanset, permukaan kasar, ujung runcing, pangkal menyempit, tepi melekuk ke dalam, bergigi sampai melekuk menyirip. Panjang daun 5-17 cm, lebar 2-3 cm, warnanya hijau. Bunganya tegak, tunggal, keluar dari ketiak daun, bertangkai panjang, mahkota berbentuk bintang berwarna putih. Buahnya berupa buah kotak berbentuk lonceng, merunduk, merekah menjadi dua ruang, berbiji banyak. Perbanyakan dengan biji, stek batang atau anakan.

b. Kandungan Kimia

Senyawa alkaloid yaitu lobelin, lobelamin, isotomin (Anonimb, 2005). Sebagaimana senyawa golongan alkaloid lain, kandungan alkaloid pada Isotoma longiflora Presi. (lobelin, lobelamin, isotomin) diduga mampu digunakan sebagai anti kanker.

c. Sifat Kimiawi dan Efek Farmakologi

Getahnya beracun. Anti radang.

d. Kegunaan Tanaman

Daun:
- Sakit gigi.
- Asma, bronkhitis, radang tenggorok.
- Obat luka.
Bunga:
- Obat tetes mata. Seluruh tanaman:
- Obat kanker.
Kontributor : Rina Maryani dan Adam Hermawan

Cakar Ayam (Selaginella doederleinii)

Cakar Ayam (Selaginella doederleinii)">Cakar Ayam (Selaginella doederleinii)

Admin CCRC Farmasi UGM February 24th, 2009

cakar-ayam.jpg

a. Morfologi tanaman
Tumbuhan ini termasuk divisi Pteridophyta yaitu paku-pakuan. Batang tegak, tinggi 15-35 cm, akar keluar pada percabangan. Daunnya kecil-kecil, panjang 4-5 mm lebar 2 mm, bentuk jorong, ujung meruncing, pangkal rata, warna daun bagian atas hijau tua, bagian bawah hijau muda. Daun tersusun di kiri kanan batang induk sampai ke percabangannya yang menyerupai cakar ayam dengan sisik-sisiknya (Dalimartha, 1999). Cakar Ayam mempunyai habitus terna, merayap, sedikit tegak. Batang bulat, liat, bercabang-cabang menggarpu, tanpa pertumbuhan sekunder dan putih kecoklatan. Daun tunggal, tersusun dalam garis sepanjang batang, berhadapan, panjang 1-2 mm, halus dan hijau. Spora 28 berupa sporangium tereduksi diketiak daun dan berwarna putih. Akar serabut, muncul dari batang yang berdaun dan berwarna coklat kehitaman.
(Hutapea, 1999)

b. Habitat Penyebaran
S. Doederleinii Hieron. tumbuh liar di tepi-tepi sungai, batu-batuan basah dan di dinding tebing yang basah, dari ketinggian 400-750 meter diatas permukaan laut.
(Hutapea, 1999)

c. Sistematika tumbuhan
Divisi : Pteridophyta
Kelas : Lycopodiinae
Bangsa : Selaginellales
Suku : Selaginellaceae
Marga : Selaginella
Jenis : Selaginella doederleinii Hieron.
(Hutapea, 1999)

d. Nama daerah
Tanaman S. doederleinii Hieron. di Indonesia mempunyai beberapa nama daerah, yaitu Rumput solo, Cemara kipas Gunung (Dalimartha, 1999).

e. Kandungan kimia
Tanaman S. doederleinii Hieron. dilaporkan mengandung alkaloid, saponin dan phytosterol (Dalimarta, 1999). Ekstrak etanolik Selaginella doederleinii Hieron. dilaporkan mengandung lima komponen lignans yaitu (-)-lirioresinol A, (-)-lirioresinol B, (+)-wikstromol, (-)-nortracheloside, (+)- matairesinol. Selain itu juga mengandung dua komponen fenilpropanon yaitu 3-hidroksi-1-(3-metoksi-4-hidroksifenil)-propan-1-on, 3-hydroksi-1-(3,5-dimetoksi-4hidroksifenil)-propan-1-on dan empat biflavonoid yaitu amentoflavone, 7,7”-di-O-metilamentoflavone,7,4′,7”,4”’-tetra Ometilamentoflavone, dan heveaflavone (Lin et al., 1994).

f. Manfaat tumbuhan
Tanaman ini berkhasiat untuk menghilangkan panas dan lembab, melancarkan aliran darah, antitoksik, antineoplasma, penghenti pendarahan (hemostatis) dan menghilangkan bengkak. Selain itu Selaginella doederleinii Hieron juga berkhasiat untuk mengatasi batuk, infeksi saluran nafas, radang paru, hepatitis, diare, keputihan, tulang patah, pendarahan dan kanker (Dalimarta, 1999).

g. Penelitian pendahuluan Selaginella doederleinii Hieron.
Penelitian terdahulu menyebutkan bahwa Selaginella doederleinii Hieron. dapat menghambat sarkoma dan kanker serviks pada tikus dan sel L yang diisolasi dari kanker hati manusia (Dalimarta, 1999). Pada penelitian lain disebutkan bahwa Selaginella doederleinii Hieron. bersifat sitotoksik terhadap sel murine (Lin et al., 1994). Selain itu, Selaginella doederleinii Hieron. dilaporkan mempunyai aktivitas antimutagenik terhadap Salmonella terinduksi karsinogen benzo[a]pyren (Lee & Lin, 1988). 30 Widodo (2006) melaporkan bahwa ekstrak kloroform dan metanol S. doederleinii Hieron. bersifat toksik terhadap larva Artemia salina Leach dengan nilai LC50 sebesar 216,32 ± 39,63 µg/ml untuk ekstrak kloroform dan 223,34 ± 19,64 µg/ml untuk ekstrak metanol. Nurwaini (2006) juga melaporkan bahwa ekstrak kloroform, etanol dan etil asetat S. doederleinii Hieron. mempunyai potensi sebagai antiradikal dengan nilai IC50 sebesar 51,24 µg/ml untuk ekstrak etil asetat, 95,26 µg/ml untuk ekstrak etanol dan 135,75 µg/ml untuk ekstrak kloroform.

Daftar pustaka

Dalimartha, S, 1999, Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid I, Trubus Agriwidya, Jakarta.

Hutapea, J.R.., 1999, Inventaris Tanaman Obat Indonesia, Jilid V, Departemen Kesehatan RI dan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Jakarta.

Lin., Skaltsounis., Seguin., Tillequin., & Koch, 1994, Phenolic Constituents of Selaginella doederleinii, Planta Medica, 60(2), 168-170.

Lee, H & Lin, J Y, 1988, Antimutagenic activity of extracts from anticancer drugs in Chinese medicine, Mutat-Res, 204(2), 229-34.

Nurwaini, S, 2006, Uji Aktivitas Penangkap Radikal Ekstrak Herba Cakar Ayam (Selaginella doederlinii Hieron.) Penyari Kloroform, Etil asetat, Dan Etanol Berkesinambungan Dengan Pereaksi DPPH Dibandingkan Vitamin E dan Dikonfirmasikan Kadar Fenol Totslnys Dengan Pereaksi Folin-Ciocalteu Secara Spektrofotometri Sinar Tampak, Skripsi, Fakultas Farmasi UMS, Surakarta.

Widodo, E, 2006, Uji Toksisitas Ekstrak Kloroform Dan Ekstrak Methanol Herba Cakar Ayam (Selaginella doederlinii Hieron.) Terhadap Larva Artemia salina Leach Dan Profil Kromatografi Lapis Tipis, Skripsi, Fakultas Farmasi UMS, Surakarta.

Kontributor : Siska Andrina Kusumastuti dan Endang Sulistyorini S.P