Minggu, 11 Oktober 2009

Cangkring (Erythrina fusca Lour.)

Cangkring (Erythrina fusca Lour.)">Cangkring (Erythrina fusca Lour.)

Admin CCRC Farmasi UGM February 24th, 2009

cangkring1.jpg

Tumbuhan Cangkring (Erythrina fusca Lour.)


a. Sistematika Tumbuhan
Divisi : Spermatophyta
Anak divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Rosales
Suku : Papilionaceae
Marga : Erythrina
Jenis : Erythrina fusca Lour.
(Backer and Bakhuizen van den Brink, 1965)

b. Morfologi Tumbuhan
Cangkring merupakan tanaman pepohonan [Gambar 8] yang berdaun rontok, tinggi 10-20 m, berbatang kayu, berwarna keabu-abuan, permukaan kulit kasar dengan cabang yang jarang, dilengkapi dengan duri tempel (Hutapea et al., 1994). E. fusca Lour. mempunyai lebih banyak duri daripada Erythrina lithosperma (Heyne, 1987).
Batangnya tegak berkayu, bulat, percabangan simpodial, berduri tajam dan berwarna putih kecoklatan. Daun majemuk beranak tiga, berbentuk bulat telur dengan ujung dan pangkal tumpul, tepi rata, panjang 20-30 cm, lebar 4-10 cm, tangkai panjang 10-15 cm. Tulang daun menyirip, berwarna hijau mengkilap, cabang samping anak daun berukuran lebih kecil daripada daun yang di ujung tengah (Hutapea, 1994).
Bunga majemuk, berwarna jingga muda, terletak di ujung batang, tangkai silindris, panjang 2-3 cm, kelopak berbentuk tabung, ujung bercangap, berwarna hijau pucat; benang sari panjang kurang lebih 3 cm, berwarna merah, kepala sari berbentuk ginjal, berwarna kuning ; tangkai putik silindris, panjang 3 cm, berwarna putih, kepala putik lonjong, berwarna kuning; mahkota berbentuk kupu-kupu, berwarna merah. Bunga berbentuk polong, berwarna coklat. Akar tunggang, berwarna putih kecoklatan (Hutapea, 1994).

c. Nama Daerah
Di Indonesia tumbuhan E. fusca mempunyai beberapa nama daerah, yaitu Galada ayer (Melayu), Cangkring (Jawa), Rope (Sasak), Kane (Makasar), Rase (Bugis), Ngareer (Samarinda), Cangkering, Dadap cangkring, Dadap rangrang, Dadap cucuk, Dadap duri (Heyne, 1987 and Mardisiswojo and Rajakmangunsudarso, 1985).

d. Habitat dan Penyebaran
Erythrina fusca Lour. tumbuh di hutan, tepi sungai dan tempat lain sampai setinggi 700 m dari permukaan laut (Mardisiswojo and Rajakmangunsudarso, 1985). Juga hidup di daerah rawa-rawa dan di tepi aliran sungai (Backer and Bakhuizen van den Brink, 1965). Tumbuhan ini tersebar hampir di seluruh Asia Tenggara. Di Jawa ditemukan tumbuh di bawah 700 m di atas permukaan laut (Heyne,1987).
Penyebaran tumbuhan ini diperkirakan dari daerah tropis kering ke arah lembab melalui daerah subtropik kering ke daerah berhutan basah. Jenis ini diperkirakan masih dapat hidup pada daerah berhujan sampai 10-40 dm pada suhu 20-280C dan pada pH 6-8. Jenis ini mampu bertahan pada kondisi yang bervariasi, seperti di dataran rendah, tepi pantai, rawa, tanah yang rendah, sungai, tepi danau, dan lain-lain (Croat, 1978).
Di Amerika, E. fusca tersebar dari Guatemala sampai ke Amazon Bason. Sedangkan di Panama, spesies ini hanya dikenal sebagai tumbuhan yang berasal dari tropik hutan basah, selalu tumbuh berawal dari daerah rawa (Croat, 1978).

e. Kandungan Kimia
Tiap 100 gram daun basah mengandung 60 kalori; 81,5 g air; 4,6 g protein; 0,8 g lemak; 11,7 g karbohidrat total; 4,1 g serat; 1,4 g abu; 57 mg kalsium; 40 mg phosphor; 1,8 mg Fe; 2300 mg setara dengan beta karoten; 0,24 mg thiamin; 0,17 mg riboflavin; 6,54 ng niasin, 78 mg asam askorbat (Duke, 1983). Daun, kulit batang, dan akarnya mengandung saponin dan polifenol, sedangkan akarnya juga mengandung flavonoid (Hutapea, 1994). Ekstrak etanol daun dan kulit batang cangkring mengandung flavonoid, alkaloid dan terpenoid (Meiyanto et al., 2003). Ekstrak kloroform daun cangkring (E. fusca) mengandung golongan senyawa flavonoid, fenolik, dan terpenoid, efluen nomor 30 mengandung flavonoid dan fenolik (Wahyuningsih, 2004). Fraksi nomor 30 hasil fraksinasi ekstrak metanol daun cangkring (E. fusca) mengandung alkaloid, saponin dan terpenoid (Rahmawati, 2004).

f. Manfaat Tumbuhan

Tumbuhan E. fusca telah lama digunakan sebagai obat tradisional. Daunnya digunakan untuk mengobati gabag, cacar air, frambusia, gatal-gatal, ASI kurang lancar (Mardisiswojo and Rajakmangunsudarso, 1985). Kayu setelah diremas-remas dapat diminum sebagai obat kencing darah atau kencing nanah (Heyne, 1987). Rebusan akar dan atau kulit batang dapat digunakan sebagai obat beri-beri (Heyne, 1987 and Hutapea, 1994).

g. Penelitian Terdahulu
Kandungan senyawa yang terdapat dalam tumbuhan cangkring yang pertama kali diisolasi adalah alkaloid, termasuk Erythroidine yang telah lama digunakan sebagai suatu relaksan otot dalam pembedahan dan dalam pengobatan schizophrenia (Heyne, 1987 and Hutapea, 1994). Penelitian terhadap ekstrak etanol daun E. fusca menunjukkan aktivitas sebagai inhibitor cyclooxygenase (COX) 2 pada sel Raji. Hambatan pada COX akan menekan konversi asam arakhidonat menjadi prostaglandin (PGE2) sehingga meningkatkan ketersediaan ceramide, induktor apoptosis yang poten. Selain itu, penghambatan ekspresi COX 2 akan menekan produksi PGE2 yang menurunkan ekspresi onkogen antiapoptosis Bcl-2 (Werdhinindah, 2005).
Ekstrak metanol daun E. fusca memiliki kemampuan untuk menghambat enzim topoisomerase II secara in vitro (Sismindari et al., 2001). Pada saat proses perpanjangan replikasi dimana suatu saat helikase akan tidak mampu membuka heliks DNA karena pada ujung-ujung dari fragmen yang dibuka akan terjadi lilitan yang sangat ketat. Oleh karena itu, enzim topoisomerase DNA berfungsi untuk menghindari berhentinya proses replikasi dengan jalan memotong DNA yang berlilitan ketat kemudian memutar balik dan menyambungkannya kembali. Penghambatan enzim topoisomerase II akan menghentikan proses replikasi DNA sehingga dapat menghambat proliferasi sel (Sismindari, 2002).
Hasil penelitian lain membuktikan aktivitas penghambatan angiogenesis ekstrak etanol daun cangkring pada membran korio alantois embrio ayam (CAM) terinduksi bFGF (Nurbayani, 2003). Angiogenesis memberikan suplai nutrisi dan oksigen pada jaringan baru. Apabila terjadi penghambatan angiogenesis, maka sel kanker akan mengalami kematian akibat kurangnya nutrisi bagi kelangsungan hidupnya. Kandungan flavonoidnya juga memungkinkan efek antikanker dengan bereaksi langsung dengan metabolit karsinogenik dan mendetoksifikasinya (Cassady et al., 1990).
Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan oleh CCRC, ekstrak petroleum eter daun cangkring mempunyai efek antiproliferatif terhadap sel HeLa dengan IC50 sebesar 62,11 μg/ml (Setyowati, 2004), ekstrak metanol daun cangkring mempunyai harga IC50 sebesar 73,88 μg/ml (Dhiani, 2004) dan Puspitasari (2004) melaporkan harga IC50 ekstrak kloroform daun cangkring terhadap sel HeLa adalah 16,11 μg/ml, sedangkan fraksi nomor 30 mempunyai harga IC50 sebesar 5,00 μg/ml.

Daftar Pustaka

Backer, C.A., 1965, Flora of Java II.P.Noordhoff, Groningen

Cassady, J.M., Baird, W., and Chang, C.J., 1990, Natural Products as a Source of Potential Cancer Chemotherapeutic and Chemopreventive Agents, Journal of Natural Products, 53 (1): 34

Heyne, K., 1987, Tanaman Berguna Indonesia, jilid II, cetakan pertama,diterjemahkan oleh Badan Litbang Departemen Kehutanan, Yayasan Sarana Wana Jaya, Jakarta, p. 1029

Kontributor:

Agus Setiyawan, Agustina Setiawati, Titi Ratna Wijayanti, Adam Hermawan, Endang Sulistyorini S.P dan Rina Maryani

Tidak ada komentar: