Minggu, 11 Oktober 2009

Temu Kunci (Boesenbergia pandurata)

Temu Kunci (Boesenbergia pandurata)">Temu Kunci (Boesenbergia pandurata)

Admin CCRC Farmasi UGM February 27th, 2009

gambar I : Rimpang Temu Kunci

Gambar II : Tanaman Temu Kunci

a.Morfologi tumbuhan
Temu kunci berperawakan herba rendah, merayap di dalam tanah. Dalam satu tahun pertumbuhannya 0,3-0,9 cm. Batangnya merupakan batang asli di dalam tanah sebagai rimpang, berwarna kuning coklat, aromatik, menebal, berukuran 5-30 x 0,5-2 cm. Batang di atas tanah berupa batang semu (pelepah daun). Daun tanaman ini pada umumnya 2-7 helai, daun bawah berupa pelepah daun berwarna merah tanpa helaian daun. Tangkai daun tanaman ini beralur, tidak berambut, panjangnya 7-16 cm, lidah-lidah berbentuk segitiga melebar, menyerupai selaput, panjang 1-1,5 cm, pelepah daun sering sama panjang dengan tangkai daun; helai daunnya tegak, bentuk lanset lebar atau agak jorong, ujung daun runcing, permukaan halus tetapi bagian bawah agak berambut terutama sepanjang pertulangan, warna helai daun hijau muda, lebarnya 5-11 cm.
Bunga tanaman ini berupa susunan bulir tidak berbatas, di ketiak daun, dilindungi oleh 2 spatha, panjang tangkai 41 cm, umumnya tangkai tersembunyi dalam 2 helai daun terujung. Kelopak bunganya 3 buah lepas, runcing. Mahkota bunganya 3 buah, warnanya merah muda atau kuning-putih, berbentuk tabung 50-52 mm, bagian atas tajuk berbelah-belah, berbentuk lanset dengan lebar 4 mm dan panjang 18 mm. Benang sarinya 1 fertil besar, kepala sarinya bentuk garis membuka secara memanjang. Lainnya berupa bibir-bibiran (staminodia) bulat telur terbalik tumpul, merah muda atau kuning lemon, gundul, 6 pertulangan, dan ukurannya 25×7 cm. Putik bunganya berupa bakal buah 3 ruang, banyak biji dalam setiap ruang (Plantus, 2008).

b.Klasifikasi tumbuhan
Kerajaan: Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Boesenbergia
Spesies : Boesenbergia pandurata

c.Nama tumbuhan
Nama Ilmiah : Boesenbergia pandurata
Sinonim : Gastrochilus panduratum (Roxb) Schult.; Kaempferia pandurata (Roxb); Boesenbergia rotunda
Nama umum/ dagang : Temu kunci
Nama Lokal : Temu kunci (Indonesia), koncih (Sumatera), Tamu kunci (Minangkabau), Konce (Madura), Kunci (jawa tengah), Dumu kunci (Bima), Tamu konci (Makasar), Tumu kunci (Ambon), Anipa wakang (Hila-Alfuru), Aruhu Konci (Haruku), Sun (Buru) Rutu kakuzi (Seram), Tamputi (Ternate)
Nama asing : Fingerroot (Inggris), Krachai (Thailand), Chinese key (Cina).

d.Habitat dan penyebaran
Tanaman ini banyak tumbuh dari daerah tropis dataran rendah. Waktu berbunganya pada bulan Januari-Februari, April-Juni. Daerah distribusi dan habitat tanaman ini adalah tumbuh liar pada dataran rendah, di hutan-hutan jati. Tanaman ini tumbuh baik pada iklim panas dan lembab pada tanah yang relatif subur dengan pertukaran udara dan tata air yang baik. Pada tanah yang kurang baik tata airnya (sering tergenang air, atau becek pertumbuhan akan terganggu dan rimpang cepat busuk) (Plantus, 2008). Perbanyakannya temu kunci dapat dilakukan dengan pemotongan rimpang menjadi beberapa bagian (tiap bagian terdapat paling sedikit 2 mata tunas) dan penanaman dilakukan pada jarak tanam 3000 cm.
Untuk pemanenan, temu kunci dipanen setelah berumur 1 tahun. Setelah dilakukan pemanenan, dilakukan sortasi dan dicuci, kemudian dipotong menjadi bagian-bagian yang lebih kecil/tipis dan dikeringkan di tempat teduh dengan aliran udara yang baik. Untuk jumlah kecil disimpan dalam wadah tertutup rapat dan kedap cahaya (sebagai penyerap lembab udara dapat dengan charcoal= karbon aktif) (Plantus, 2008).

e.Manfaat tumbuhan
Secara umum, masyarakat menggunakan rimpang temu kunci sebagai peluruh dahak atau untuk menanggulangi batuk, peluruh kentut, penambah nafsu makan, menyembuhkan sariawan, bumbu masak, dan pemacu keluarnya Air Susu Ibu (ASI). Minyak atsiri rimpang temu kunci (Boesenbergia pandurata) juga berefek pada pertumbuhan Entamoeba coli, Staphyllococus aureus dan Candida albicans; selain itu dapat berefek pada pelarutan batu ginjal kalsium secara in vitro. Perasan dan infusa rimpang temu kunci memiliki daya analgetik dan antipiretik. Di samping itu dapat mempunyai efek abortivum, resorpsi dan berpengaruh pada berat janin tikus. Ekstrak rimpang yang larut dalam etanol dan aseton berefek sebagai antioksidan pada percobaan dengan minyak ikan sehingga mampu menghambat proses ketengikan. Dari penelitian lain diperoleh informasi bahwa ekstrak rimpang temu kunci dapat menghambat bakteri isolat penyakit Orf (Ektima kontagiosa) (Plantus, 2008).
Selain di Indonesia, ternyata negara lain juga banyak yang memanfaatkan temu kunci. Di Thailand, rimpang temu kunci biasa digunakan sebagai bumbu masak. Selain itu, tanaman ini juga telah digunakan sebagai obat aprodisiac, disentri, antiinflamasi, kolik, serta untuk menjaga kesehatan tubuh. Di Malaysia, rimpang temu kunci digunakan sebagai sebagai obat sakit perut dan dekoksi pada wanita pasca melahirkan.

f.Penelitian-penelitian
Sohn et al. (2005) menyatakan bahwa panduratin A menghambat kuat pertumbuhan sel kanker HepG2 yang diinduksi dengan tert-Butylhydroperoxide (t-BHP). tert-Butylhydroperoxide (t-BHP) merupakan senyawa yang biasa digunakan untuk menginduksi kanker dengan mekanisme pembentukan intermediet radikal bebas. Panduratin A memproteksi sel HepG2 melaui perbaikan kerusakan oksidatif yang disebabkan oleh t-BHP dengan cara menangkap radikal bebas.
Trakoontivakorn et al. (2001) menyatakan bahwa ekstrak metanolik dari rimpang temu kunci mempunyai efek antimutagenik pad Trp-P-1 pada uji Amest tes. Enam kandungan zat aktif yang menunjukkan antimutagenik ini adalah kalkon, cardamonin, pinocembrin, pinostrobin, 4-hidroksipanduratin, dan panduratin A. IC50 masing-masing zat adalah 5.2 ± 0.4m M, 5.9 ± 0.7 m M, 6.9 ± 0.8 m M, 5.3 ± 1.0 m M, 12.7 ± 0.7 m M and 12.1± 0.8. Keenam kandungan dari temu kunci ini menunjukkan penghambatan induksi mutagenesis yang mirip. Kesemuanya merupakan inhibitor kuat N-hydroxylation Trp-P-2. Mekanisme kerja dari zat-zat aktif ini yaitu menghambat aktivasi pertama dari amina heterosiklik.
Kirana et al. (2006) telah meneliti bahwa panduratin A dapat menghambat pertumbuhan sel kanker payudara MCF7 dan sel adenokarsinoma kolon HT-29 pada manusia melalui penghambatan COX-2 yang merupakan faktor penting dalam perkembangan inflamasi dan sel tumor. Selain itu, panduratin A juga telah dibuktikan mempunyai aktivitas antimutagenik melalui induksi Quinon Reduktase (QR) yang merupakan enzim fase II. Enzim fase II memiliki peran penting dalam mekanisme pertahanan sel dan metabolisme, seperti detoksifikasi senyawa-senyawa elektrofilik. Sel HT-29 yang diperlakukan dengan panduratin A menunjukkan adanya gejala apoptosis, misalnya membran yang menggelembung, pemendekan kromatin, dan atau fragmentasi nukleus dan badan apoptotik ketika sel diwarnai dengan Hoechst 33258.
Yun et al. (2006) telah membuktikan bahwa Panduratin A yang merupakan derivat dari kalkon juga mempunyai berbagai efek biologis, seperti antiinflamasi, analgetik, dan antioksidan. Pada penelitian sebelumnya, telah dibuktikan bahwa panduratin A memiliki efek antiinflamasi pada model sel RAW 264.7. Namun, penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa Panduratin A berpotensi sebagai antikanker dengan mekanisme aksi menginduksi apoptosis pada sel kanker kolon HT29. Pada kanker kolon, panduratin A lebih poten dari pada inhibitor selektif COX-2, misalnya Celecoxib; dan obat-obat antitumor (5-flurouracil and Cisplatin). Panduratin A juga dapat memacu apoptosis sel melalui aktivasi caspase. Enzim caspase berperan penting dalam mekanisme apoptosis. Bukti-bukti menunjukkan bahwa TRAIL dan FAS signaling pathway berperan dalam kemoterapi-induksi apoptosis, dengan aktivasi inisiator caspase 8 atau caspase 3, 6 dan 7. Induksi apoptosis dan atau penghambatan pembelahan sel berhubungan erat dengan aktivasi intraselular signaling pathway untuk menghentikan siklus sel pada fase G1, S, atau G2/M. Perlakuan dengan panduratin A pada sel CaP, menunjukkan penurunan level protein cyclin B1, cdc25C and cdc2. Pada dosis tertentu, penggunaan panduratin A juga dapat menurunkan level cyclins D1 dan E1 yang secara serentak juga akan menurunkan aktivitas CDK2, CDK4, dan CDK6. Data-data ini mengindikasikan bahwa panduratin A sangat penting dalam regulasi siklus sel. Penelitian menunjukkan bahwa siklus sel berhenti pada transisi G2/M dengan agen perusak DNA yang berhubungan dengan induksi ekspresi p21WAF/Cip1. p27Kip1 adalah anggota lain dari inhibitor CDK1 yang bisa berikatan dan menghambat aktivitas CDK. Ditemukan bahwa p27Kip1 dan/atau p21WAF/Cip1 ter-upregulasi pada PC3 dan DU145 dengan penggunaan Panduratin A. Jadi, dapat dikatakan bahwa, adanya upregulasi dari p27Kip1 dan/atau p21WAF/Cip1 paling tidak akan menurunkan ekspresi cyclins dan aktivasi CDK. Hal ini merupakan mekanisme panduratin A untuk menghambat sel CaP tumbuh dan memicu sel tersebut untuk berhenti membelah.

Daftar pustaka

Kirana, C., Jones, G.P., Record, I.R., and McIntosh, G.H., 2006, Anticancer Properties of Panduratin A Isolated from Boesenbergia Pandurata (Zingiberaceae), Journal of Natural Medicine, 61:131-137.

Plantus, 2008, Fingerroot (Boesenbergia pandurata Roxb. Schult). http://anekaplanta.wordpress.com/2008/01/04/temu-kunci-boesenbergia-pandurata-roxb-schlechter/ [15 Maret 2008].

Sohn, J.H., Han, K.L., Lee, S.H., and Hwang, J.K., 2005, Protective Effects of Panduratin Against Oxidative Damage of tert-Butylhydroperoxide in Human HepG2 Cells, Biological and Pharmaceutical Bulletin, 28(6):1083-1086.

Trankoontivakorn, G., Nakahara, K., Shinmoto, H., Takenaka, M., Kameyama, M.O., Ono, H., Yoshida, H.M., Nagata, T., and Tsushida, T., 2001. Structural Analysis of a Novel Antimutagenic Activity of Flavonoids in Thai Spice, Fingerroot (Boesenbergia pandurata Schult.) Against Mutagenic Heterocyclic Amines, J. Agric. Food. Chem, 49(6):3046-3050.

Yun, J.M., Kweon, M.H., Kwon, H.J., Hwang, J.K., and Mukhtar, H., 2006, Induction of Apoptosis and Cell Cycle Arrest by a Chalcone Panduratin A Isolated from Kaempferia pandurata in Androgen-Independent Human Prostate Cancer Cells PC3 and DU145, Carcinogenesis Advance Access, 27(7):1454-1464.

Kontributor : Fina Aryani Geonadi, Maya Fitria, Diah Putri Ayu W, dan Endang Sulistyorini S.P

Tidak ada komentar: